Tertinggi dalam Sejarah, Turis Malaysia Membanjiri Bandung

Desy Setyowati
1 Juni 2016, 19:51
Jembatan Pasopati Bandung
Istimewa

Pada April itu, pelancong paling banyak datang dari Singapura yang mencapai 15,5 persen, kemudian disusul oleh wisatawan asal Malaysia 13,4 persen. Adapun pelancong dari Cina mencapai 11,9 persen, Australia 10,7 persen, dan Jepang 5,1 persen. (Baca: Pariwisata Dibuka Bagi Asing, Darmin: Pengusaha Jangan Takut Kehabisan).

Bank Pembangunan Asia sempat memberi perhatian khusus atas perkembangan pariwisata di Indonesia. Country Director ADB untuk Indonesia Steven R. Tabor menekankan agar Indonesia tak bertumpu pada satu sektor dalam menggerakkan ekonomi. Pemerintah perlu mendiversifikasi faktor pendorongnya.

Misalnya, memacu pertumbuhan sektor perikanan, pariwisata, atau manufaktur. Untuk pariwisata, potensi besar akan datang dari dari Cina. Data ADB menyebutkan negara tersebut telah mencetak 30 juta paspor baru pada tahun ini. Dengan fakta itu, semestinya pemerintah bisa memanfaatkanya. “Mereka ke Hongkong sudah bosan. Seharusnya ke mana? Ini yang harus diupayakan,” ujarnya.

Menurutnya, pertumbuhan pariwisata Indonesia melejit begitu fantastis. Isu sosial, bahkan keamanan, tak menyurutkan minat wisatawan untuk bertandang ke bumi persada. Sebagai contoh, ketika Jakarta digegerkan oleh ledakan bom dan aksi tembakan di Sarinah pada pertengahan Januari lalu, tingkat kedatangan para pelancong tak menyusut. Alhasil, investasi di sektor pariwisata seperti hotel tetap berkembang.

Pertumbuhan Pariwisata
Pertumbuhan Pariwisata (Katadata)

Penjelasan serupa disampaikan Emma Allen. Ekonom ADB untuk Indonesia ini mengatakan pemerintah bisa mendorong sektor pariwisata dan e-commerce. Emma menyebutkan, kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 4,2 persen pada 2014. (Baca: Investor Arab Lirik Kawasan Wisata Mandalika dan Tanjung Lesung).

Porsinya ditargetkan meningkat menjadi lima persen pada tahun ini, dan delapan persen pada 2019. Pendapatan sektor ini juga diramal terus meningkat dari Rp 134 triliun pada 2014, menjadi Rp 172 triliun dan Rp 240 triliun pada 2016 dan 2019.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...