Freeport Sebut Operasional Tambang Tak Terganggu Kerusuhan di Papua

Image title
1 Oktober 2019, 14:05
Area pengolahan mineral PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua.
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Area pengolahan mineral PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua.

"Operasional kami tidak terkena dampak dari kerusuhan, tapi yang pasti produksi kami memang turun sampai 50%," kata Riza kepada Katadata.co.id, Senin (30/9).

Diproyeksikan hingga akhir tahun produksi mineral hanya mencapai 1,2 juta ton, sedangkan pada tahun lalu produksinya bisa mencapai 2,1 juta ton. Dari produksi tahun ini, sekitar 200 ribu ton diekspor, sedangkan sisanya dikirim ke pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) Gresik, milik PT Smelting.

(Baca: Kondisi di Wamena Mulai Pulih, Kominfo Buka Akses Internet)

Berdasarkan data dalam lembar fakta PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), pendapatan Freeport pada tahun ini diproyeksikan sekitar US$ 3,1 miliar, sedangkan laba perusahaan sebelum dikurangi bunga utang dan pajak terutang yang harus dibayarkan kepada pemerintah (EBITDA) sekitar US$ 1 ,2 miliar.

Pendapatan Freeport mengalami penurunan sekitar 50% dibandingkan 2018 sekitar US$ 6,5 miliar. Adapun, EBITDA mengalami penurunan sekitar 75% dibandingkan tahun lalu sebesar US$ 4 miliar.

Dalam beberapa tahun ke depan penerimaan Freeport juga diproyeksikan akan lebih rendah dari tahun lalu. Ini disebabkan, habisnya sumber daya alam yang ada di tambang terbuka.
Namun, pendapatan Freeport akan kembali naik sekitar 2021-2022. Alasannya, tambang bawah tanah tersebut sudah bisa beroperasi secara optimal.

Halaman:
Reporter: Fariha Sulmaihati
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...