Tembus US$ 50, Kenaikan Harga Minyak Diprediksi Tren Sementara

Arnold Sirait
1 Agustus 2017, 14:14
Sumur Minyak
Chevron

Meski begitu, tren kenaikan harga minyak mentah ini diperkirakan hanya berlangsung sementara. Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, fluktuasi harga minyak masih stagnan di kisaran US$ 45 sampai 50 per barel. Penyebabnya adalah secara fundamental masih terjadi kelebihan pasokan (over supply).

(Baca: Negara Arab Minta Indonesia Aktif Lagi di OPEC Sebagai Penyeimbang)

“Tahun ini produksi minyak serpih Amerika Serikat (shale AS) juga akan mulai naik lagi,” kata dia kepada Katadata, Selasa (1/8).

Menurut Pri, jika harga masih stabil dikisaran US$ 45 hingga US$ 50 per barel, maka  pemerintah bisa menjalankan kebijakan harga-harga energi seperti tarif listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) sesuai rencana. Artinya tidak perlu ada kenaikan. 

(Baca: Subsidi Energi Berisiko Bengkak, Utang ke Pertamina Bisa Bertambah)

Namun, pemerintah harus tetap mewaspadai potensi pembengkakan dari listrik dan elpiji tiga kilogram. Apalagi menurut Pri, subsidi energi yang mencapai Rp 89,9 triliun ini termasuk mepet dan berpotensi terlampaui. “Mungkin (terlampaui) tidak besar yakni di bawah Rp 5 triliun,” ujar Pri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...