ESDM Paparkan Nilai Ekonomis & Enam Efek Berantai Gasifikasi Batu Bara

Image title
7 Desember 2020, 14:01
gasifikasi batu bara, dme, hilirisasi batu bara, kementerian esdm, pertambangan, ahok, elpiji
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/hp.
Kementerian ESDM mengklaim proyek gasifikasi batu bara ekonomis dan dapat mengurangi impor elpiji.

Perbedaan lainnya terkait asumsi harga batu bara dan kapasitas pengolahan atau input batu bara. Asumsi harga batu bara yang digunakan IEEFA sebesar US$ 30 per ton. Sedangkan Bukit Asam sekitar US$ 21 per ton untuk batu bara kualitas rendah. 

Metode perhitungan yang digunakan IEEFA dinilai sangat sederhana. Pasalnya hanya memperlihatkan perhitungan satu tahun dengan asumsi biaya produksi DME sebesar US$ 300 per ton yang mengacu pada referensi proyek gasifikasi Lanhua di Tiongkok.

Bukit Asam telah melakukan uji kelayakan yang  komprehensif dengan asumsi data yang menghasilkan keekonomian proyek dengan proyeksi arus kas atau net present value (NPV) sebesar US$ 350 juta. Lalu, laju pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR) sekitar 11%. Dengan begitu, proyeknya ekonomis dan tidak rugi. 

Dampak Berantai Proyek DME 

Selain keekonomian proyek, setidaknya terdapat 6 poin dampak ekonomi dari hilirisasi batubara untuk DME. Pertama, proyek ini meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan impor LPG. Dengan penggunaan DME, akan impornya berkurang hingga 1 juta ton per tahun. 

Kedua, menghemat cadangan devisa hingga Rp 9,7 triliun per tahun dan neraca perdagangan hingga Rp 5,5 triliun per tahun. Ketiga, menambah investasi asing yang masuk ke Indonesia sebesar US$ 2,1 miliar. 

Keempat, pemanfaatan sumber daya batu bara kalori rendah sebesar 180 juta ton selama 30 tahun umur pabrik. Kelima, adanya multiplier effect berupa manfaat langsung yang didapat pemerintah hingga Rp 800 miliar per tahun. 

Keenam, pemberdayaan industri nasional yang melibatkan tenaga lokal dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sekitar 10.570 orang pada tahap konstruksi dan 7.976 orang pada tahapan operasi.

Lemigas Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian telah melakukan uji coba terkait kompor DME. Hasilnya, efisiensi kompor meningkat dari rata rata 61,9% dengan penggunaan elpiji, menjadi 73,4% dengan memakai DME.

Kritik proyek gasifikasi batu bara tersebut juga mendapat kritik dari Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Proyeknya ia nilai terlalu mahal. Dampaknya, subsidi menjadi jauh lebih mahal ketimban impor elpiji. “Substitusinya menarik tapi memerlukan subsidi lebih mahal,” katanya.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...