Agar Banjir Tak Lagi Bikin Tipis Pasokan Batu Bara Pembangkit Listrik

Image title
28 Januari 2021, 15:04
pltu, batu bara, pembangkit listrik, kementerian esdm, pemadaman listrik, banjir kalsel
carloscastilla/123rf
Ilustrasi. Stok batu bara di PLTU saat ini menipis terdampak banjir di Kalimantan Selatan.

Setiap PLTU juga memiliki jaminan pasokan dari produsen. Para pemasok ini termasuk pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B), izin usaha pertambangan (IUP), PT PLN Batubara (PLNBB), dan trader batu bara lainnya. 

Agar kejadian menipisnya stok tak terulang lagi, butuh komitmen dan pengawasan DMO dari pemasok. Penentuan kapasitas stockpile seharusnya dihitung atas kapasitas pembangkit, skala pemasok batu bara, kondisi tambang, fasilitas bongkar-muat pelabuhan, waktu pengataran ke pembangkit, dan kapasitas pembaongkaran.

Pertimbangan yang tak kalah penting adalah cuaca. “Kapasitas cadangan batu bara di kuartal satu hingga empat memang haru berbeda-beda,” ucap Singgih.  

Dengan begitu, menurut dia, CPP tidak diperlukan. Yang harus diperbaiki adalah tata niaga batu bara dalam negeri, pengawasan PLN atas kontrak batu baranya, serta implementasi DMO. 

Pilihan coal processing plant dapat diperluas menjadi fasilitas pencampuran batu bara atau terminal coal blending facility (TCBF). Fasilitas ini bisa dibangun bukan di dekat lokasi tambang, seperti Kalimantan dan Sumatera.

Kehadirannya dapat mengatasi masalah DMO yang saat ini tidak terbuka untuk semua pemasok. “Banyak produsen, khususnya IUP, yang berkeinginan memasok ke PLN tapi terbentuk kualitas batu baranya,” kata Singgih. 

PLTU Suralaya
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU.  (Arief Kamaludin|KATADATA)

Rencana CPP PLN Tak Ada Perkembangan

Sejak 2018 PLN sebenarnya telah memiliki rencana membangun CPP di sejumlah wilayah pembangkit. Namun, hingga kini progresnya masih belum jelas. 

Saat dikonfirmasi kelanjutan  pembangunan CPP itu, Direktur Energi Primer PLN Rudy Hendra Prastowo hanya menjawab singkat. "Masih dalam kajian," kata dia.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan berpendapat teknologi CPP dapat menjaga kualitas batu bara selama pengiriman. “Efisiensinya jadi meningkat,” katanya. 

Pemerintah sebaiknya menyiapkan sumber energi lain untuk pembangkit. Energi baru terbarukan atau EBT di Indonesia potensinya masih besar dan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Panas bumi, misalnya, masih belum optimal pemanfaatannya. Begitu pula dengan air, surya, dan angin. 

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan CPP memang dapat mengamankan pasokan batu bara. Pada saat terjadi hambatan yang menyebabkan kelangkaan, PLN dapat menggunakannya. “Sehingga pemadaman bergilir tidak akan terjadi,” ujarnya. 

Namun, menurut dia, untuk menjaga ketahan energi domestik, maka pengembangan energi terbarukan merupakan keniscayaan. Semua potensinya tersedia banyak di dalam negeri. Masalahnya, harga listrik energi bersih masih lebih mahal ketimbang fosil. 

Potensi gas di Indonesia pun masih sangat besar. Masalahnya, infrastruktur pipa yang menghubungkan dari lapangan migas ke konsumen, termasuk PLN, belum memadai. Tanpa pembangunan infrastruktur pipa, energi gas belum bisa digunakan sebagai substitusi batu bara.

Guru besar Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia Profesor Iwa Garniwa berpendapat pengamanan pasokan batu bara untuk pembangkit melalui CPP sudah tepat. Selain itu, cadangannya harus naik dari 15 hari mnejadi 25 hari.

Cuaca ekstrem tak terjadi setiap saat sehingga perlu respon sistem kebencanaan yang cepat tanggap. "Jadi  jangan berpikir untuk langsung ingin mengganti (pembangkit) secara cepat," ucapnya.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...