Perusahaan Migas Dunia Raih Laba Selangit di Tengah Krisis Energi

Happy Fajrian
2 November 2022, 18:39
migas, laba bersih, harga minyak, harga energi, chevron, shell, saudi aramco, krisis energi
Arief Kamaludin|KATADATA
Perusahaan migas dunia seperti Chevron, Exxon, hingga Saudi Aramco kembali mencetak rekor laba seiring krisis energi yang membuat harga minyak dan gas melambung tinggi.

Perusahaan minyak dan gas (migas) dunia seperti Chevron Corporation, ExxonMobil, Saudi Aramco, Shell, hingga British Petroleum (BP) kembali mencetak rekor laba bersih pada kuartal III tahun ini seiring masih tingginya harga imbas krisis energi dunia.

Rekor laba perusahaan minyak internasional (international oil company/IOC) didorong oleh masih tingginya harga energi seperti harga minyak dan gas yang salah satunya disebabkan oleh krisis geopolitik perang Rusia-Ukraina yang memperburuk kondisi pasokan energi yang sudah ketat.

Sepanjang tahun ini harga minyak mencapai rekor tertingginya setelah dua tahun sebelumnya terpuruk imbas pandemi Covid-19. Harga minyak berjangka Brent menyentuh level US$ 127,8 per barel pada awal Maret 2022, sedangkan mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI), menyentuh US$ 123,7 per barel.

Sementara itu harga gas juga melambung tinggi, dengan harga gas acuan Eropa di TFF Dutch menyentuh € 349,87 per kilowatt jam (kWh). Badan energi internasional (IEA) menyebut harga gas pada satu titik waktu setara dengan harga minyak US$ 450 per barel.

Sedangkan harga gas alam acuan dunia sempat mencapai rekor US$ 9,68 per mmBtu pada 22 Agustus 2022 lalu. Meski demikian saat ini trennya terus menurun.

Chevron Corporation

Perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS), Chevron Corp., membukukan rekor laba tertinggi keduanya sepanjang masa didorong oleh tingginya harga energi yang dibarengi dengan peningkatan penjualan minyak dan gas serta produksi dari lapangan minyak di Amerika.

Chevron membukukan laba bersih pada kuartal III 2022 sebesar US$ 11,2 miliar atau sekitar Rp 175 triliun. Capaian tersebut melonjak 83,6% secara tahunan dari US$ 6,1 miliar pada kuartal III 2021.

“Hasil ini akan mendukung pengeluaran proyek yang lebih tinggi dan peningkatan produksi minyak dan gas tahun depan,” kata Chief Financial Officer Pierre Breber kepada Reuters. Produksi migas Chevron pada kuartal kuartal terakhir relatif mendatar karena berakhirnya kontrak di Asia.

Sementara arus kas perusahaan dari operasi melonjak ke rekor US$ 15,3 miliar, jauh lebih tinggi dari kuartal sebelumnya. Laba Chevron atas modal yang digunakan - ukuran berapa banyak yang diperolehnya dari setiap dolar yang diinvestasikan dalam bisnis - melonjak menjadi 25%.

“Kami membukukan kinerja keuangan kuartalan yang kuat lagi,” kata Kepala Eksekutif Chevron Michael Wirth dalam sebuah pernyataan. Dia menambahkan produksi minyak dan gasnya di ladang serpih AS juga mencatatkan mencapai rekor kuartalan tertinggi.

ExxonMobil

Sementara itu raksasa migas Amerika lainnya, ExxonMobil, membukukan laba bersih US$ 19,66 miliar atau Rp 307,2 triliun pada kuartal III 2022. Chief Executive Officer (CEO) Exxon Darren Woods mengatakan laba ditopang harga minyak yang lebih tinggi.

“Perusahaan lain mundur dalam menghadapi ketidakpastian dan perlambatan ekonomi yang bersejarah, mundur dan menyusut, tapi perusahaan ini bergerak maju, terus berinvestasi,” kata Woods.

Exxon membukukan pendapatan bersih US$ 43 miliar atau Rp 672 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun ini, 19% lebih banyak dibandingkan periode yang sama tahun 2008, ketika harga minyak diperdagangkan pada level rekor US$ 140 per barel.

Pendapatan dari pemompaan minyak dan gas naik tiga kali lipat pada kuartal terakhir sementara keuntungan dari penjualan bahan bakar motor melonjak sepuluh kali lipat dibandingkan dengan tingkat tahun lalu.

Penjualan gas alam ke Eropa dan melonjaknya permintaan bahan bakar diesel memimpin hasil yang lebih baik dari perkiraan perusahaan. “Bisnis penyulingan - baik di AS dan internasional - adalah pemain bintang,” kata Peter McNally, seorang analis di Third Bridge.

USA-GASOLINE
USA-GASOLINE (ANTARA FOTO/REUTERS/Lucy Nicholson/WSJ/cf)

BP

Perusahaan migas asal Inggris, BP, berhasil mendongkrak laba kuartal III 2022 lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 8,5 miliar atau Rp 132,8 triliun, dibandingkan US$ 3,3 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

CEO BP Bernard Looney mengatakan bahwa capaian pada kuartal ini mencerminkan kinerja perusahaan yang terus berlanjut di tengah transformasi yang terus berjalan.

“Kami tetap fokus membantu memecahkan trilemma energi – energi yang aman, terjangkau, dan rendah karbon. Kami menyediakan minyak dan gas yang dibutuhkan dunia saat ini – sementara pada saat yang sama – berinvestasi untuk mempercepat transisi energi,” kata Looney.

Tahun ini BP melakukan penghapusan aset untuk keluar sepenuhnya dari operasi di Rusia. Adapun nilai aset migas yang ditinggalkan dilaporkan mencapai US$ 25 miliar, yang terbesar di antara perusahaan energi barat.

Royal Dutch Shell

Perusahaan migas yang berkantor pusat di London, Inggris ini membukukan laba bersih sebesar US$ US$ 9,5 miliar atau sekitar Rp 147,7 triliun pada kuartal III 2022. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya karena bisnis pengolahan dan penjualan gas yang melemah.

Meski demikian sepanjang sembilan bulan tahun ini Shell telah membukukan laba bersih sebesar US$ 30,5 miliar atau Rp 476,6 triliun. Sebelumnya rekor keuntungan satu tahun buku Shell dicapai pada 2008 yakni sebesar US$ 31 miliar, ketika harga minyak melambung hingga mencapai US$ 140 per barel.

TotalEnergies

Perusahaan migas asal Prancis ini membukukan laba bersih sebesar US$ 9,86 miliar (Rp 154,3 triliun), melonjak 106,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$ 4,77 miliar. Pada kuartal II tahun ini, Total membukukan laba bersih US$ 9,8 miliar.

Raihan tersebut dicapai di tengah penghapusan aset migas untuk keluar dari pasar Rusia yang nilainya mencapai US$ 3,1 miliar. Penghapusan aset di Rusia oleh Total termasuk yang terbesar di antara perusahaan migas barat, meski tidak sebesar BP yang mencapai US$ 25 miliar.

Saudi Aramco

Perusahaan minyak asal Arab Saudi, Saudi Aramco, pada kuartal III tahun ini membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 42,4 miliar atau sekitar Rp 662,6 triliun. Capaian tersebut melonjak 39,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 30,4 miliar.

“Pendapatan Aramco yang kuat menegaskan kemampuan kami yang telah terbukti dalam menghasilkan nilai yang signifikan melalui produksi hulu kami yang berbiaya rendah, intensitas karbon yang lebih rendah, dan bisnis hulu dan hilir yang terintegrasi secara strategis,” kata Chief Executive Officer Amin Nasser, dikutip dari Reuters, pada Selasa (1/11).

Sementara itu arus kas bebas perusahaan melonjak 56,8% menjadi US$ 45 miliar dari sebelumnya US$ 28,7 miliar. Untuk kuartal ketiga ini Aramco juga mengumumkan pembagian dividen sebesar US$ 18,8 miliar atau Rp 293,8 triliun yang akan dibayarkan pada kuartal IV.

“Mengingat periode yang panjang dengan kenaikan harga minyak mentah, yang memberikan kinerja arus kas yang solid serta deleveraging neraca Aramco, kami berpandangan bahwa dividen pada akhirnya akan meningkat," kata direktur penelitian ekuitas di EFG Hermes, Yousef Husseini.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...