SKK Migas Prediksi Investasi Migas Masih Tinggi Hingga 2026

Happy Fajrian
4 Juli 2023, 17:41
skk migas, investasi migas,
Katadata / Trion Julianto
Kunjungan SKK Migas ke Tempat Pemisahan Minyak CGS PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Duri, Riau (31/12/2022).

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan investasi migas, khususnya di sektor hulu, masih cukup tinggi hingga 2026 seiring adanya portofolio investasi yang mencapai total US$ 45,98 miliar atau sekitar Rp 690 triliun.

Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan tingginya investasi di sektor hulu migas juga terjadi pada 2022 lalu yang mencapai US$ 12,3 miliar atau setara Rp 184,5 triliun.

“Tingginya investasi ini juga terlihat dalam jangka waktu 2023-2026 yang akan datang. Terdapat portfolio sebanyak 127 proyek dengan total investasi US$ 45,98 miliar atau setara Rp 690 triliun,” katanya dalam Forum Kapasitas Nasional III 2023 Area Kalimantan-Sulawesi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (4/7).

Nanang mengemukakan, untuk mencapai visi target produksi 1 juta barel minyak per hari (bopd) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD), industri hulu migas membutuhkan investasi sekitar US$ 187 miliar, sekitar Rp 2,8 kuadriliun.

Angka tersebut menurutnya, memiliki dampak berlapis yang sangat besar dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Di sisi lain, sejalan dengan program pemerintah untuk membangun Ibu Kota Nusantara (IKN), industri hulu migas juga disebut sebagai salah satu sektor yang akan dapat menunjang ibu kota baru.

“Peran hulu migas dalam menunjang Ibu Kota Nusantara atau negara IKN yang utama adalah pemenuhan kebutuhan energi roda perekonomian dan pengembangan infrastruktur energi yang diselaraskan dengan keberlanjutan lingkungan,” kata Nanang.

Sebagai informasi, data Kementerian ESDM, realisasi lifting minyak bumi Indonesia dalam lebih dari satu dekade terakhir terus mengalami penurunan. Tahun 2022 menjadi rekor terendah dalam 13 tahun terakhir, yakni hanya mencapai 612.000 barel per hari (bph).

Menurut tenaga ahli bidang energi Kantor Staf Presiden (KSP), Hageng Suryo Nugroho, lifting migas Indonesia menurun karena dipengaruhi kondisi lapangan migas dan fasilitas produksi yang sudah tua.

"Seharusnya sudah ada lapangan-lapangan minyak baru yang dibuka untuk meningkatkan capaian produksi. Namun karena membutuhkan investasi yang sangat besar, maka yang bisa dilakukan hanya memaksimalkan lapangan yang masih ekonomis untuk diproduksi," ujarnya beberapa waktu lalu.

Hageng menyatakan pemerintah sudah melakukan sejumlah upaya untuk menaikkan lifting migas, salah satunya dengan menambah pengeboran sumur secara masif di sekitar lapangan migas yang sudah ada.

"Pemerintah saat ini menjajaki metode pengeboran sumur dalam, mencapai 3.000 kaki, untuk mencari cadangan minyak yang lebih besar. Metode unconventional drilling ini membutuhkan teknologi yang presisi sehingga membutuhkan biaya tiga kali lipat lebih tinggi," kata Hageng.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...