Beda Penanganan Infrastruktur Mengatasi Banjir di Jakarta dan Semarang

Image title
13 Januari 2020, 13:00
Atasi Banjir, Ini Bedanya Penanganan Infrastruktur Jakarta & Semarang.
ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau tanggul Sungai Babakan yang jebol di Jembatan Desa Ketanggungan, Brebes, Jawa Tengah, Minggu (12/1/2020). Kementerian PUPR tengah mengerjakan sejumlah infrastuktur untuk menangani masalah banjir di Jakarta dan Jawa Tengah.

Dia menjelaskan, penyedotan air dan dibuang ke laut menggunakan pompa merupakan salah satu solusi yang ampuh untuk mengurangi debit air. Oleh karena itu, nantinya pompa yang disiapkan beroperasi selama 24 jam.

"Sebenarnya seluruh infrastrukturnya sudah siap, rencananya ada pompa sebanyak lima kali 2.000 liter per detik, jadi ada 10 ribu meter kubik per detik," kata dia.

Sementara itu, penanganan banjir di Ibu Kota juga tengah dikebut. Adapun tiga infrastruktur dari hulu ke hilir yang sedang dikerjakan pihaknya, yakni Bendungan Ciawi dan Sukamahi, Bogor, Jawa Barat. Saat ini pembebasan lahan telah 90% dengan proses  konstruksi 45%. 

Di bagian tengah, PUPR akan melebarkan sejumlah sungai dan menambah penampungan air yang berada di Jakarta. Normalisasi sungai juga akan dilakukan di Kanal Banjir Timur (KBT) dan Kanal Banjir Barat (KBB). 

Terakhir, adalah melanjutkan pembangunan sodetan Ciliwung ke KBT yang penyelesaiannya tertunda sejak tahun lalu karena masalah pemebebasan lahan dengan warga. Namun, Basuki mengatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah sepakat dengan warga agar pembebasan lahan, sehingga diharapkan proyek tersebut bisa dikerjakan secepatnya. 

“Tergantung pak Gubernur lahannya, kami sudah bangun terowongan dari Otista sampai Cipinang,” kata dia beberapa waktu lalu.

Rencana jangka panjang normalisasi sungai sebenarnya telah ada sejak tahun 1973. Namun, hal itu urung dilakukan lantaran terkendala berbagai hal. 

(Baca: Kementerian PUPR Siapkan Tiga Infrastruktur Penahan Banjir di Jakarta)

"Pembiyaannya akan dilakukan melalui APBN. Masterplan-nya sudah lama sekali, orang bosan melihat ini karena sudah sejak 1973," kata Basuki beberapa waktu lalu.

Dari laman resmi PUPR, normalisasi merupakan proses pembuatan dinding turap beton pada sisi Sungai Ciliwung sedalam 10-12 meter. Tujuan dari normalisasi adalah untuk mengembalikan kondisi lebar sungai menjadi 35-50 meter. 

Dengan demikian, kapasitas Sungai Ciliwung untuk menampung air dapat ditingkatkan dari 200 meter kubik per detik menjadi 570 meter kubik per detik. Ide untuk melakukan normalisasi Sungai Ciliwung ini muncul setelah Jakarta mengalami banjir besar pada 17 Januari 2012.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...