Pengusaha Keluhkan Bisnis Manufaktur Melambat Akibat Permintaan Lemah

Rizky Alika
3 Agustus 2019, 12:05
pertumbuhan industri manufaktur 2019, perang dagang, apindo, bps
Katadata
Ilustrasi. Wakil Ketua Apindo Shinta Widjaja Kamdani menilai perlambatan pertumbuhan industri manufaktur saat ini disebabkan oleh permintaan yang melemah.

Sementara, pemerintah juga dinilai tidak berani mengeluarkan kebijakan yang signifikan. Dampaknya, program reformasi ekonomi seolah-olah terhenti. Pengusaha tidak mendapat stimulus kegiatan usaha.

Terakhir, Shinta menilai ada pelemahan daya beli masyarakat pada Ramadan dan Lebaran. "Ini karena harga barang dan jasa meningkat drastis akibat produsennya tidak efisien," katanya.

(Baca: Uni Eropa Diskriminatif, Pemerintah Cari Pasar Ekspor Sawit ke Afrika)

Sebelumnya, BPS mencatat, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan II-2019 turun sebesar 1,91% dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II-2018, terjadi kenaikan sebesar 3,62%.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, industri yang mengalami penurunan terbesar, yaitu 17,44%, terjadi pada industri barang logam, bukan mesin, dan peralatannya. "Kenaikan produksi tertinggi pada industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan yaitu 9,55%," ucap dia.

Industri barang galian bukan logam juga melemah. Penurunannya mencapai 13,46%. Industri furnitur pertumbuhannya turun 12,40%, industri mesin dan perlengkapan 12,05%, serta industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional 10,39%.
Sementara untuk jenis industri manufaktur yang mengalami kenaikan tertinggi lainnya, yaitu industri kertas dan barang dari kertas 2,45%, industri makanan 2,04%, industri pakaian jadi 1,85%, dan industri pencetakan dan reproduksi media rekaman 1,63%.

Halaman:
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...