Ekspor Februari Anjlok 10,03% Terseret Pelemahan Harga Komoditas
Berdasarkan negara tujuan, BPS juga melaporkan penurunan ekspor ke sejumlah mitra dagang utama. Ekspor ke Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan paling tajam sebesar US$ 238,7 juta dibandingkan Januari 2019, diikuti oleh penunan ekspor ke Tiongkok turun US$ 191,1 juta serta Jepang turun US$ 162,3 juta dibandingkan Januari lalu.
Di sisi lain, peningkatan ekspor pada Februari 2019 dicatat Malaysia sebesar US$ 84,8 juta, Hongkong US$ 68,2 juta, dan Kazakhstan US$ 50,6 juta dibandingkan Januari 2019.
(Baca: Ekonomi Global Masih Lesu, Mendag Targetkan Ekspor Tumbuh 7,5%)
Suhariyanto mengatakan penurunan ekspor ke beberapa negara tujuan utama terpengaruh oleh ketidakpastian situasi ekonomi global. Hal ini juga sesuai dengan prediksi lembaga internasional, Bank Dunia yang mengubah prediksi laju ekonomi global dari 3% menjadi 2,9%.
Demikian pula, prediksi pertumbuhan ekonomi AS yang semula diperkirakan sebesar 2,9%, kini tepangkas menjadi 2,5%. "Ekonomi global 2019 suasananya agak gloomy, tidak terlalu menggembirakan," ujarnya.
Kondisi perekonomian dunia yang masih diliputi ketidakpastian juga turut menjadikan pemerintah belum berani menargetkan pertumbuhan ekspor di atas 10%.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan target pertumbuhan ekspor non-migas tahun ini ditetapkan sebesar US$ 175 miliar, meningkat 7,5% dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar US$ 162,8 miliar.