Pemerintah Punya Sejumlah Pekerjaan Rumah untuk Menekan Impor

Michael Reily
19 Desember 2018, 18:32
Pelabuhan ekspor
Katadata

Karenanya pemerintah dihadapkan pada dua opsi. Pertama, neraca dagang yang baik tetapi pertumbuhan ekonomi melambat atau  pertumbuhan ekonomi membaik tetapi defisit neraca dagang  tetap besar.

Dia juga menuturkan bahwa impor yang dilakukan pemerintah saat ini merupakan realisasi dari pembangunan infrastruktur. Seperti yang dilaporkan BPS,  impor November disumbang  tiga komoditas utama seperti mesin dan pesawat mekanik senilai US$ 24,7 miliar (16,99%), mesin dan peralatan listrik senilai US$ 19,65 miliar (13,51%), serta besi dan baja senilai US$ 9,12 miliar (6,27%).

Meski demikian,  pembangunan infrastruktur juga sulot ditunda dan mesti dipersiapkan, salah satu tujuannya agar investor lebih tertarik untuk masuk ke dalam industri menengah. "Sehingga sektor logistik tersedia untuk pelaku usaha dengan pembangunan pelabuhan dan bandara," ujar Lana.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Airlangga Hartarto membenarkan peningkatan impor bahan baku penolong dan barang modal merupakan alat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, pemerintah tetap berupaya untuk menjaga impor supaya neraca dagang lebih positif.

Optimalisasi  penggunaan bahan baku dalam negeri sudah terangkum dalam kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Selain itu,pemerintah juga terus beruapa mendorong peningkatan investasi melalui skema insentif tax holiday serta kemudahan perizinan lewat Online Single Submission (OSS).

Airlangga  juga menuturkan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan mengurangi impor barang modal untuk beberapa sektor, seperti alat kesehatan, pembangkit listrik, minyak dan gas, perhubungan, serta pekerjaan umum. "Kami akan terus  dorong supaya impornya berkurang," ujarnya.

(Baca: Permintaan Melemah, Pemerintah Siapkan Kebijakan Diversifikasi Ekspor)

Menurut dia, untuk menikmati hasil akhir investasi produksi bahan baku dalam negeri saat ini akan memerlukan waktu, karena beberapa pabrik masih dalam proses pembangunan. Contohnya seperti ground breaking pabrik petrokimia belum lama ini diresmikan.  Namun diharapkan, ke depan akan ada lebih banyak komitmen investasi  masuk ke Indonesia, khususnya pada industri olefin dari methanol, industri naphtha cracker, serta industri semen.

Kemudian yang tak kalah penting menurutnya adalah peningkatan ekspor dan akses pasar dengan menyelesaikan sejumlah perjanjian dagang. Tahun ini, Indonesia sudah melakukan penandatangan perjanjian dagang dengan European Free Trade Association (EFTA) dan Chile dan ke depan diharapkan akan ada penyelesaian terhadap perjanjian dagang lain, terutama Australia. Dengan begitu diharapkan ada peningkatan perdagangan dari hasil pembebasan bea untuk ribuan pos tarif.

(Baca: Defisit Neraca Dagang Diproyeksi Tembus US$ 9 Miliar sepanjang 2018)

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira juga mengungkapkan untuk memperbaiki neraca dagang pemerintah juga harus fokus pada perbaikan kinerja ekspor. Menurutnya, dampak perang dagang dan restriksi untuk ekspor produk Indonesia seharusnya bisa diakali dengan memperluas pasar nontradisional.

Jika peningkatan ekspor yang tak mengimbangi lonjakan impor, hal ini diperkirakan  bakal tetap menjadikan neraca perdagangan dalam  negeri defisit pada Desember sebesar US$ 1,5 miliar. "Tren defisit perdagangan akan berlanjut hingga Desember, sehingga total defisit akan mencapai US$ 9 miliar sepanjang tahun ini," kata Bhima.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...