Impor Barang Modal Naik 20%, Surplus Dagang November Menciut
"Kenaikan impor bahan baku yang tidak bisa kita produksi sendiri dan bahan modal bakal meningkatkan produktivitas domestik," ujar Suhariyanto.
Impor paling banyak berasal dari Tiongkok dengan pangsa 26,46% senilai US$ 31,78 miliar, Jepang dengan 11,56% atau US$ 13,89 miliar, dan Thailand 7,03% sebesar US$ 8,44 miliar. Negara Asia Tenggara menyumbang US$ 24,46 miliar dan Uni Eropa sebesar US$ 11,20 miliar.
(Baca juga: Kerja Sama Dagang Indonesia - Cile Guna Dorong Ekspor ke Amerika Latin
Menurut Suhariyanto, 91% ekspor Indonesia merupakan produk nonmigas. Ia juga menjelaskan tren tahunan ekspor pada triwulan keempat menurun dan bakal berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
Secara month to month, ekspor migas turun US$ 1,27 miliar atau -14,22%, ekspor pertanian juga anjlok US$ 320 juta atau -9,5%, dan ekspor pertambangan sebesar US$ 2,25 miliar atau -8,09%. "Industri pengolahan masih menunjukkan peningkatan dengan minyak kelapa sawit, besi baja, dan, tekstil meningkat 4,39%," ujar Suhariyanto.
Ekspor Indonesia paling banyak menuju Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Namun, terjadi peningkatan nilai transaksi dari US$ 36,6 miliar menjadi US$ 40,99 miliar untuk negara nontradisional. "Meskipun pangsanya turun tapi total ekspornya bergerak naik dari menunjukkan bahwa ekspor merambah ke negara nontradisional," jelas Suhariyanto.
Kontribusi ekspor berasal dari provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur yang mencapai 38,91% dari seluruh ekspor nasional. Jawa Barat senilai US$ 26,89 miliar, Jawa Timur senilai US$ 16,97 miliar, dan US$ 16,02 miliar.