Ekonomi Lesu, Industri Manufaktur Kuartal II Diprediksi Turun

Muchamad Nafi
27 Juni 2016, 15:49
Pameran Produk Farmasi
Arief Kamaluddin | Katadata

Dari sisi global, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Rodrigo Chaves mengatakan, kondisi ekonomi dunia masih lemah sehingga membatasi permintaan global. Hal ini tentu akan menekan harga komoditas sehingga mempengaruhi ekspor dan perekonomian Indonesia.     

Dia melempar dua pilihan yang bisa diambil Indonesia untuk menopang ekonominya. Pertama, mengandalkan sumber daya alam. Kedua, selain SDA, mengandalkan kemampuan sumber daya manusia dan peningkatan modal. “Lebih baik bagi Indonesia memilih yang kedua,” kata Chaves, Senin, pekan lalu. (Baca: Ekspor April Masih Lesu, Industri Manufaktur Terus Tumbuh)

Untuk itu, menurut Rodrigo Chaves, pemerintah perlu mendiversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi ke sektor manufaktur dan jasa. Dua sektor itu dinilai memberikan pekerjaan dengan upah lebih tinggi. Saat ini, pertumbuhan industri manufaktur Indonesia sangat kecil, hanya 4,6 persen, tertinggal dari Vietnam.

Agar industri manufaktur berkembang, pemerintah dapat melakukan reformasi kebijakan. Di sini pentingnya 12 paket kebijakan ekonomi yang diril pemerintah sejak September tahun lalu. Tapi, “Reformasi yang dilakukan belum selesai. Reformasi itu tidak berhenti dan akan terus dilakukan agar perekonomian lebih kompetitif,” ujar Chaves. (Baca: Bank Dunia: Pertumbuhan Indonesia Tergantung Paket Ekonomi)

Chaves memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,1 persen tahun ini dengan mengandalkan reformasi kebijakan. Proyeksi itu lebih baik dari pertumbuhan ekonomi negara-negara pengekspor komoditas lainnya, seperti Brasil dan Meksiko. Namun, dia memberikan catatan agar pemerintah dapat menangani risiko fiskal untuk mencapai target tersebut.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...