Indeks Manufaktur Juli Naik ke 46,9, Industri Masih Minim Ekspansi

Image title
Oleh Ekarina - Tri Kurnia Yunianto
3 Agustus 2020, 16:27
PMI Manufaktur Juli Naik ke 46,9, Industri Masih Minim Ekspansi.
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ilustrasi pabrik kendaraan Mercedes Benz. PMI Manfaktur Indonesia naik ke 46,9 pada Juli 2020.

Menurut dia, kinerja industri padat karya alas kaki masih belum menghadapi ketidakpastian hingga saat ini. Pasalnya, kondisi pasar domestik masih belum sepenuhnya pulih dan banyak pembeli yang telah membatalkan ordernya sejak awal pandemi virus corona merebak di Indonesia.

Sedangkan untuk segmen pasar ekspor, negara-negara dengan pangsa ekspor terbesar seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS) mengalami resesi yang diperkirakan akan berdampak pada penurunan permintaan.

Dia pun memperkirakan, permimtaan alas kaki akan semakin terkontraksi jika pemerintah memperpanjang PSBB untuk mengendalikan wabah virus yang masih terus terjadi di Indonesia. 

"Perpanjangangan PSBB yang terus-menerus bisa menjadi kontraproduktif dengan stimulus yang sudah diberikan oleh pemerintah pusat," kata dia.

Kondisi yang lebih baik justru dialami oleh sektor industri tekstil dan produk tekstil. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman menjelaskan, hingga sekarang utilitas produksi industri tekstil telah mencapai 50% yang sebelumnya sempat menurun drastis akibat PSBB.

Hal itu pun akhirnya berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja yang sebelumnya telah dirumahkan. Produksi industri tekstil menurutnya sangat terbantu dengan adanya diversifikasi produksi dengan membuat alat pelindung diri (APD) dan masker.

Alhasil, banyak pabrikan bisa terselamatkan."Utilisasi mulai bergerak membaik walaupun belum penuh, tapi setidaknya pabrik sudah produksi jalan dan mudah-mudahan tidak terpukul lagi dengan adanya PSBB atau impor pakaian jadi," kata dia.

Namun, Rizal memperkirakan pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil diperkirakan tetap masih tetap lesu hingga akhir tahun bila dibandingkan sebelum adanya pandemi. Angkanya tidak jauh berbeda dengan kinerja di semester pertama yang terkontraksi hingga minus 1,24%.

Kondisi ini dipengaruhi oleh lambatnya penyerapan pasar dan daya beli masyarakat yang masih rendah. "Untuk membuka pasar baru sangat susah, karena yang konvensional juga sekarang terpuruk," kata dia.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...