Penerapan ISPO Dianggap dapat Atasi Kendala Tembus Pasar Sawit ke AS
Merespons tudingan tersebut, FGV mengatakan telah berkomunikasi dengan bea cukai AS sejak Agustus 2019 dan terus terlibat dalam pembersihan nama perusahaan. Mereka juga mengklaim telah menyerahkan bukti kepatuhan mengenai standar ketenagakerjaan dan membuka informasi kepada publik.
“Kami kecewa karena keputusan tersebut itu berlaku setelah FGV menunjukkan langkah konkret sejak beberapa tahun lalu serta komitmen menghormati hak asasi manusia dan menegakkan standar ketenagakerjaan,” tulis FCG dalam pernyataannya.
Sedangkan dikutip dari Antara, FGV memiliki banyak pekerja perkebunan yang berasal dari Indonesia. Di negaranya, perseroan memiliki 197 perkebunan yang terletak di Selangor, Perak, Pahang, Negeri Sembilan, Johor, Sabah dan Sarawak.
Sementara di Indonesia, kegiatan perkebunan terfokus di lima area di Kalimantan Tengah dan Barat.
Aksi pemblokiran sawit AS semakin menekan industri sawit Malaysia. Pasalnya, selama pandemi Covid-19 menyebabkan banyak restoran tutup sehingga permintaan minyak goreng berkurang. Malaysia merupakan eksportir minyak sawit terbesar kedua ke AS sekaligus produsen terbesar kedua di dunia.
Data Departemen Pertanian AS menunjukkan, pada 2019 total minyak tropis yang diekspor ke Negeri Paman Sam dari Malaysia mencapai US$ 441 juta. Sebagian besar ekspor tersebut merupakan jenis minyak sawit olahan.
Sedangkan periode Januari hingga Juli 2020, volume pengiriman minyak tersebut turun 15%.
Riset Rabobank memperkirakan, refisit minyak sawit global meningkat setelah 2025. Ini disebabkan karena aktivitas penanaman kembali (replanting) yang tidak memadai beberapa tahun terakhir serta mandat biodiesel di Malaysia dan Indonesia yang menyebabkan pasokan sawit banyak terserap di dalam negeri.