Di Tengah Pandemi, Pan Brothers Dapat Pesanan dari 5 Merek Global Baru

Image title
Oleh Ekarina
4 Desember 2020, 10:00
Pan Brothers, Tekstil, Ekspor, APD, Masker, Industri, Produksi
Katadata
Ilustrasi mesin tekstil pabrik Pan Brothers. Perusahaan akan kedatangan order dari 5 brand pakaian global pada 2021.

Namun, untuk produksi alat pelindung diri (APD) serta masker tahun depan, menurutnya jumlahnya akan berkurang. Ini dikarenakan, jumlah APD tahun ini lebih besar karena tahun ini Indonesia baru memulai tahun pandemi, sehingga kebutuhan APD sangat tinggi.

Sedangkan tahun depan, dengan rencana pemerintah mendistribusikan vaksin, diperkirakan kebutuhannya lebih rendah. 

"Dalam growth plan, APD dan Masker di tahun depan mungkin hanya 30-40% dari kapasitas," kataanya.

Meski diakui, pivoting bisnis dari segmen ini berkontribusi cukup besar terhadap kinerja perseroan tahun ini. 

Sedangkan untuk mendukung ekspansi tahun depan, Pan Brothers menganggarkan investasi belanja modal sebesar US$ 15 juta atau Rp 212 miliar.

"Selain untuk upgrading fasilitas, capex ini akan kami gunakan untuk mendanai infrastruktur dan pemesinan, upgrade digitalisasi dan maintenence," ujar Anne.

Produsen tekstil lain, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex sebelumnya juga memproduksi masker dan pakaian pelindung diri anti virus seiring permintaannya sangat tinggi. Perusahaan menambah jam kerja pada departemen-departemen terkait.

Meski begitu, manajemen tidak dapat memperkirakan secara wajar soal lama atau besarnya pandemi ini. Namun kendala tersebut telah diantisipasi guna menghindari kerugian pada kinerja keuangan, hasil operasi, dan laporan arus kas konsolidasian pada tahun fiskal 2020.

Berdasarkan laporan keuangan Sritex semester I 2020, perseroan membukukan penuruna penjualan sebesar 3,83% menjadi US$ 608,23 juta atau setara Rp 8,93 triliun dari US$ 632,44 juta pada semester I 2019. Penurunan terbesar berasal dari kegiatan ekspor yakni sebesar 11,93% menjadi US$ 332,64 juta dari US$ 377,69 juta.

Berdasarkan produknya, ekspor produk benang turun paling dalam sebesar 12,5% menjadi 125,35 juta, turun 12,5% secara tahunan dari US$ 143,26 juta. Begitu pula dengan ekspor pakaian jadi yang senilai US$ 90,99 juta atau turun 15,39% dari US$ 107,54 juta.

Meski begitu, total penjualan Sritex pada pasar dalam negeri pada semester I 2020 naik 8,18% menjadi US$ 275,58 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dimana Sritex mengantongi penjualan US$ 254,74 juta.

Industri tekstil merupakan salah satu dari lima sektor yang mengalami penurunan aktivitas selama pandemi corona. Menurut data Bank Indonesia (BI), sektor tekstil-barang kulit-alas kaki memiliki nilai Indeks Manufaktur (Prompt Manufacturing Index/PMI) sebesar 47,2%.

PMI adalah indikator yang menggambarkan situasi industri pengolahan saat ini dan prediksi pada periode selanjutnya. Ambang batas PMI sebesar 50%, di atas angka tersebut maka sektor berekspansi. Sebaliknya, berada di bawah 50% berarti sektor mengalami kontraksi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...