Geliat Ekonomi Semester I, Ekspor Sektor Industri Olahan Melonjak 33%
”Sebagai contoh, dengan Indonesia Australia-Comprehensive Economy Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia dapat meningkatkan ekspor sektor otomotif,” katanya.
Sementara itu, di sisi impor, terjadi kenaikan impor dari US$ 14,23 miliar pada Mei 2021 menjadi US$17,23 miliar atau naik 21,03% di Juni 2021. Sebesar US$ 13,04 miliar di antaranya (75,69%) merupakan impor bahan baku/penolong serta US$ 2,55 iliar (14,77%) adalah impor barang modal.
Peningkatan impor terbesar terdapat pada mesin dan peralatan yang mencapai US$ 506,8 juta, besi dan baja sebesar US$ 257,3 juta, plastik dan barang dari plastik sebesar US$ 195,7 juta, serealia sebear US$ 192,7 juta, serta logam mulia, perhiasan emas/permata sebesar US$ 161,2 juta.
Kemenperin telah menargetkan penurunan impor tahun 2021 sebesar 22% dari baseline total impor tahun 2019 sebesar US$ 132,14 miliar. Total impor bahan baku/penolong dan barang modal pada Januari-Juni 2021 mencapai US$ 82,22 miliar atau sekitar 62,2% dari baseline impor tahun 2019.
Sementara target program substitusi impor pada tahun ini mencapai 22% dari total impor tahun 2019, yakni sebesar US$ 103,7 miliar. Dengan demikian, impor bahan baku/penolong hanya memiliki ruang sebesar US$ 21,5 miliar sampai akhir tahun 2021 untuk menjaga target penurunan impor tercapai.
Peningkatan impor bahan baku/penolong menunjukkan sektor industri yang tetap menggeliat di tengah situasi pandemi. Hal ini juga menunjukkan keyakinan berusaha para pelaku industry sangat tinggi. “Terlebih dalam delapan bulan terakhir, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di atas angka 50 atau di level ekspansif, yang menunjukkan bahwa sektor industri tetap optimis,” kata Agus.