Konsolidasi BUMN, Sinergi Menuju Kemandirian Ekosistem Kesehatan

Shabrina Paramacitra
19 Juni 2022, 18:43
Konsolidasi BUMN, Sinergi Menuju Kemandirian Ekosistem Kesehatan
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir (kedua kanan) bersama Direktur Utama Kimia Farma Tbk Verdi Budidarmo (kanan), Direktur Utama Indofarma Tbk Arief Pramuhanto (kedua kiri) dan SEVP Produksi Bio Farma Juliman, menyampaikan keterangan pers tentang holding BUMN farmasi di Jakarta, Rabu (5/2/2020).

Hal ini diamini Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dilansir dari Republika.co.id, Jokowi mengutarakan keinginannya agar Indonesia sedapat mungkin mengurangi, bahkan menghentikan impor.

“Alat-alat kesehatan, obat-obatan, bahan baku obat, kita harus berhenti untuk mengimpor barang-barang itu lagi. Kita produksi sendiri di negara sendiri,” ujarnya.

Dilansir dari Antara, Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai upaya produksi bahan baku obat oleh BUMN memang tepat. “Keberadaan pabrik bahan baku obat sangat penting dalam ekosistem ketahanan kesehatan,” kata dia.

Menurut Toto, ide swasembada bahan baku obat sudah digaungkan cukup lama, terutama setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020.

Saat itulah, pemerintah semakin menyadari bahwa ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku obat mencitrakan ketahanan sektor kesehatan nasional yang sangat rapuh.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aria Bima juga mendorong BUMN farmasi untuk menjadi pemimpin dalam produksi obat-obatan penting yang dikonsumsi masyarakat Indonesia.

BUMN farmasi juga diharapkan memperhatikan regulasi terkait tingkat komponen dalam negeri (TKDN).

Komisi VI DPR juga meminta BUMN untuk melakukan penataan peta jalan strategis dengan mengedepankan sinergisitas antaranak perusahaan BUMN farmasi, dalam rangka memperluas pangsa pasar secara nasional, regional maupun global.

Selain itu, BUMN di bidang kesehatan juga harus memperluas akses pelayanan kesehatan masyarakat melalui berbagai kanal layanan kesehatan, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Pada saat yang sama, BUMN juga harus mampu meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan.

Dari sisi kinerja keuangan, BUMN klaster kesehatan mencatat pertumbuhan laba yang positif. Bio Farma mengantongi laba bersih Rp1,93 triliun sepanjang 2021 atau tumbuh 567,89 persen dibandingkan kinerja pada 2020.

Sementara Kimia Farma mendapatkan laba Rp302 miliar padaI 2021, jauh lebih tinggi dibandingi 2020 sebesar Rp17,6 miliar.

Kemudian IHC, dari yang labanya hanya Rp170 miliar pada kuartal III-2020, pada kuartal III-2021 berhasil meraih laba Rp 606 miliar atau naik 71,95 persen.

Adapun Indofarma sepanjang  2021 masih mengantongi kerugian bersih Rp 37,58 miliar. Padahal pada 2020, emiten berkode INAF ini masih mencetak laba Rp27,58 juta.

(Tim Riset Katadata)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...