Pasar RI Diserbu Tekstil Cina dan Bangladesh, Industri Lokal Kontraksi
Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki, Adie Rochmanto Pandiangan, industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki mengalami kontraksi akibat stagnasi ekonomi dan inflasi di negara mitra utama ekspor. Untuk mengatasi hal itu, pihaknya berupaya melakukan perluasan pasar luar negeri dengan percepatan pelaksanaan perjanjian IEU-CEPA.
Selain itu, Kementerian Perindustrian juga melakukan koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terkait masalah impor ilegal dan peningkatan pengawasan barang impor sampai ke pelabuhan terkecil, penyusunan lartas untuk produk TPT, serta mengusulkan penambahan pasal kewajiban pelaku usaha mencantumkan nomor registrasi barang K3L dan NPB atau SNI pada tampilan perdagangan elektroniknya untuk produk TPT dan Alas Kaki. Hal itu sesuai Peraturan Menteri Perdagangan 26/2021.
“Kemenperin juga berupaya melaksanakan kembali Program Restrukturisasi mesin/peralatan tahun 2023, dan pemberian intensif bahan industri TPT," ujar Adie.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik, Indonesia mengimpor sebanyak 2,20 juta ton tekstil dan produk tekstil sepanjang 2021. Jumlah ini meningkat 21,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 1,82 juta ton.
Baju impor di Tanah Air terbesar berasal dari Cina. Tercatat, total tekstil dan produk tekstil yang diimpor dari negara tersebut sebanyak 990,20 ribu ton.