Pasar RI Diserbu Tekstil Cina dan Bangladesh, Industri Lokal Kontraksi

Tia Dwitiani Komalasari
2 Maret 2023, 06:00
Sejumlah pekerja memproduksi pakaian saat bulan Ramadhan di industri garmen PT. Batang Apparel Indonesia, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (19/4/2021).
ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp.
Sejumlah pekerja memproduksi pakaian saat bulan Ramadhan di industri garmen PT. Batang Apparel Indonesia, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (19/4/2021).

Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki, Adie Rochmanto Pandiangan, industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki mengalami kontraksi akibat  stagnasi ekonomi dan inflasi di negara mitra utama ekspor. Untuk mengatasi hal itu, pihaknya berupaya melakukan perluasan pasar luar negeri dengan percepatan pelaksanaan perjanjian IEU-CEPA.

Selain itu,  Kementerian Perindustrian juga melakukan koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terkait masalah impor ilegal dan peningkatan pengawasan barang impor sampai ke pelabuhan terkecil, penyusunan lartas untuk produk TPT, serta mengusulkan penambahan pasal kewajiban pelaku usaha mencantumkan nomor registrasi barang K3L dan NPB atau SNI pada tampilan perdagangan elektroniknya untuk produk TPT dan Alas Kaki. Hal itu sesuai Peraturan Menteri Perdagangan 26/2021.

“Kemenperin juga berupaya melaksanakan kembali Program Restrukturisasi mesin/peralatan tahun 2023, dan pemberian intensif bahan  industri TPT," ujar Adie. 

Menurut laporan Badan Pusat Statistik, Indonesia mengimpor sebanyak 2,20 juta ton tekstil dan produk tekstil sepanjang 2021.  Jumlah ini meningkat 21,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 1,82 juta ton.

Baju impor di Tanah Air terbesar berasal dari Cina. Tercatat, total tekstil dan produk tekstil yang diimpor dari negara tersebut sebanyak 990,20 ribu ton.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...