Tiga Penyebab Pemerintah Kembali Impor Beras 2 Juta Ton Tahun Ini

Nadya Zahira
28 Maret 2023, 08:05
Sejumlah buruh tani merontokkan padi dengan mesin saat panen di Desa Binangga, Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (12/3/2023).
ANTARA FOTO/Basri Marzuki/rwa.
Sejumlah buruh tani merontokkan padi dengan mesin saat panen di Desa Binangga, Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (12/3/2023).

"Jadi jelas ada penurunan yang jauh dari surplus tahun lalu dan tahun ini," kata dia.

3. Serapan Panen Raya Anjlok

Sutarto mengatakan, penyerapan panen raya padi di Aceh dan sejumlah provinsi lainnya saat ini hanya kurang dari 50% dari kondisi normal.

"Padahal penggilingan padi itu misalnya normalnya 2000 ton, sekarang masuknya baru di bawah 1000 ton, yang masuk ke penggilingan padi," ujarnya.

Kondisi itu mempengaruhi pasokan ke Pasar Beras Induk Cipinang atau PBIC. Saat ini, beras yang masuk ke PBIC kurang dari 20 ribu ton. Padahal biasanya beras yang masuk ke PBIC sekitar 30 ribu ton.

"Jadi hal-hal seperti itu yang mungkin akan kami pertimbangan untuk dilakukannya impor oleh pemerintah," kata dia.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, tugasnya adalah untuk mendukung apapun yang diputuskan dan diperintahkan. Dengan demikian, dia mendukung adanya impor beras pada tahun ini jika memang sudah diputuskan oleh Presiden Joko Widodo.

"Jadi kalau sudah rapat dan diputuskan, lalu sudah diperintahkan, ya kita kerjakan.  Sudah diputuskan di juga impor tersebut di ratas (rapat terbatas)," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Senin (27/3).

United States Department of Agriculture (USDA) memproyeksikan produksi beras global mencapai 503,27 juta metrik ton (MT) pada musim 2022/2023, turun 11,78 juta MT (2,29%) dari musim 2021/2022. 

Pada musim ini Tiongkok menjadi negara penghasil beras terbesar, yaitu 147 juta MT. Wilayah penghasil beras utama Tiongkok adalah Hunan (13%), Jiangxi (10%), Juangsu (9%), Anhui (8%), dan Hubei (8%). Adapun Indonesia menjadi produsen beras terbesar keempat di dunia, sekaligus nomor satu di Asia Tenggara dengan estimasi produksi 34,6 juta MT pada musim 2022/2023.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...