Seperti BEI, Bursa Kripto Akan Terapkan Auto Reject Bawah dan Atas

Tia Dwitiani Komalasari
4 Agustus 2023, 06:00
Ilustrasi peretasan dana kripto
Olya Kobruseva/Pexels
Ilustrasi peretasan dana kripto

Dia mengatakan, turunnya transaksi kripto ini justru merupakan momentum yang tepat untuk menyiapkan fasilitas pendukung. Dengan demikian, instrumen dan regulasi perdagangan kripto sudah siap saat transaksinya naik. 

"Ibaratnya mumpung sungai lagi surut, kita perbaiki kapalnya. Jadi saat sedang pasang, kita tinggal berlayar lagi," tuturnya.

Lebih lanjut Didid optimistis jika transaksi kripto akan naik lagi. Hal itu juga berdasarkan perhitungan Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia atau Aspakrindo.

"Prediksi Aspakrindo, 2023 ini sudah di dasar, jadi ke depan itu akan naik walaupun sedikit-sedikit," ujarnya.

Selain itu, Aspakrindo juga menyatakan bahwa transaksi kripto di Indonesia baru 10 persen dari potensinya. "Jadi ibarat buah, transaksi baru di kulit daging, buahnya belum dimakan," ujar Didid.

Jumlah transaksi kripto terus mengalami penurunan sejak tahun 2022. Nilai transaksi kripto tahun 2021 merupakan yang tertinggi hingga menembus angka Rp 859,4 triliun, namun terjun ke Rp 306,4 triliun pada tahun 2022.

Lalu jumlahnya pun terus merosot, di mana per Juni 2023 baru ada Rp 66,44 triliun. Jumlah itu anjlok 68,65% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun jenis aset kripto yang banyak ditransaksikan yaitu Tether (USDT), Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Ripple (XRP) dan Binance Coin (BNB). Sementara jumlah investor kripto masih mengalami kenaikan yakni sebanyak 147.713 pada bulan Juni. Sehingga investor kripto di Indonesia pada akhir Juni 2023 mencapai sebanyak 17,5 juta.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...