Batu Bara Kembali Jadi Buruan, Transisi Energi Eropa Terancam Mundur

Muhamad Fajar Riyandanu
23 Juni 2022, 06:00
batu bara, eropa, gas, transisi energi,
pixabay.com
Bendera Uni Eropa

Tahun lalu pembangkit listrik berbahan bakar gas menyumbang 15 persen dari pembangkit listrik Jerman. Pada akhir Mei, Jerman memiliki 31.4 Gw pembangkit listrik tenaga batu bara dan 27.9 Gw pembangkit listrik tenaga gas di jaringan.

Italia pada Selasa (21/6) juga mengumumkan rencana untuk membeli batu bara untuk menyalakan pembangkit listrik batu bara. Perusahaan energi Italia, Eni, melaporkan aliran gas dari Rusia berkurang selama lebih dari seminggu.

Menteri Transisi Ekologi Roberto Cingolani mengatakan bahwa langkah tersebut bertujuan untuk menghemat gas sekaligus menjembatani kesenjangan pasokan energi. Sebagai informasi, 45% gas Italia berasal dari Rusia. Italia akan mengumumkan status siaga tinggi jika Rusia terus membatasi pasokan.

Langkah tersebut termasuk mengurangi konsumsi, termasuk penjatahan gas untuk pengguna industri tertentu, meningkatkan produksi di pembangkit listrik tenaga batu bara dan meminta lebih banyak impor gas dari pemasok lain berdasarkan kontrak yang ada.

Perdana menteri Mario Draghi mengatakan pemerintahnya sedang meninjau opsi lain termasuk meningkatkan impor gas dari AS dan dari Azerbaijan, Aljazair, Tunisia dan Libya melalui jaringan pipa yang ada.

Italia telah menghabiskan sekitar € 16 miliar, setara Rp 250 triliun, untuk melindungi bisnis dan konsumen dari dampak kenaikan harga energi. Draghi menegaskan akan terus mencari cara untuk memberikan keringanan harga. “Kita harus sangat berhati-hati tentang dampak sanksi terhadap ekonomi kita,” ujarnya.

Belanda juga akan meningkatkan produksi listrik dari batu bara untuk menghemat pasokan gas. Pemerintah Belanda mengatakan akan segera mengambil langkah untuk membatasi konsumsi gas. Termasuk di antaranya pencabutan pembatasan PLTU batu bara hingga 2024.

Pemerintah juga mengatakan akan mendorong warga dan pelaku usaha untuk menghemat gas, termasuk dengan memberikan insentif finansial kepada pengguna industri besar untuk memangkas konsumsinya. “Kami melihat total pasokan gas dari Rusia ke Eropa menurun dengan cepat,” kata Menteri Energi dan Iklim, Rob Jetten.

Jetten menambahkan, tanpa mengambil tindakan tersebut, Belanda dan mayoritas negara Eropa akan menghadapi kesulitan di musim dingin.

Senada, pemerintah Austria pada Minggu (19/6) mengumumkan bahwa mereka akan menyalakan kembali pembangkit listrik batu bara, mengikuti langkah Jerman.

"Pemerintah federal dan kelompok energi Verbund telah sepakat untuk mengubah pembangkit listrik pemanas distrik Mellach, yang saat ini ditutup, sehingga dalam keadaan darurat dapat sekali lagi menghasilkan listrik dari batu bara (bukan gas)," kata Kanselir Austria, Karl Nehammer.

Batu Bara Diharapkan Jadi Solusi Sementara

Neil Makaroff dari Climate Action Network mengatakan bahwa kembali ke batu bara adalah pilihan yang buruk dengan konsekuensi struktural. “Negara-negara terus mendukung energi fosil daripada berinvestasi cukup dalam energi terbarukan,” katanya.

“Risikonya adalah mengganti satu ketergantungan dengan yang lain: mengimpor batu bara Kolombia atau Australia, gas alam cair AS atau Qatar, untuk menggantikan hidrokarbon Rusia,” tambah Makaroff.

Kelompok lain, Carbon Market Watch, setuju bahwa perpindahan ke batubara “mengkhawatirkan” dan menyatakan harapannya akan “sementara mungkin”.

Uni Eropa, sebagai bagian dari sanksi yang dikenakan pada Rusia atas invasinya ke Ukraina, secara bertahap melarang impor batu bara dan minyak Rusia. Moskow, pada gilirannya, telah menolak pasokan gas ke negara-negara Uni Eropa.

Meskipun dikatakan pasokan berkurang karena alasan teknis atau pemeliharaan, Eropa percaya Rusia mencoba untuk menyakiti UE karena dukungannya terhadap Ukraina, khususnya tawaran untuk suatu hari bergabung dengan blok UE.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...