Pemerintah Fokus Tingkatkan Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
27 Mei 2019, 15:47
Tenaga Kerja
Arief Kamaludin|KATADATA

Peningkatan daya saing itu diukur dengan 12 pilar, yaitu kualitas institusi, infrastruktur, kondisi makro ekonomi, pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar, pelatihan dan pendidikan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, penerapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi. 

Hanif mengakui, calon tenaga kerja yang ada saat ini sebagian besar masih berpendidikan sekolah dasar (SD). Presiden Joko Widodo dalam akun Twitter-nya @jokowi pada 11 Mei 2019 juga menyebutkan “Sekarang saatnya fokus pada pembangunan SDM. Sebanyak 51 persen tenaga kerja kita lulusan SD. Ini harus kita selesaikan besar-besaran dengan pelatihan-pelatihan. Lalu, pendidikan kejuruan dihubungkan dengan industri agar lulusannya sesuai dengan kebutuhan, siap untuk hal-hal baru.”

 

Data Badan Pusat Statistik per Februari 2019 menunjukkan penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2019 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah sebanyak 52,40 juta orang (40,51 persen). Penduduk bekerja berpendidikan sekolah menengah atas sebanyak 23,10 juta orang (17,86 persen), sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 22,97 juta orang (17,75 persen), dan sekolah menengah kejuruan sebanyak 14,63 juta orang (11,31 persen). Sementara penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Diploma ke atas) mencapai 16,26 juta orang (12,57 persen), mencakup 3,65 juta orang berpendidikan Diploma I/II/III dan 12,61 juta orang berpendidikan universitas.

 

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Jokowi sudah mengingatkan bahwa pada 2020-2030 jumlah penduduk usia produktif di Indonesia akan mencapai 52 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.  Jumlah penduduk usia produktif tersebut menjadi modal bagi Indonesia menyongsong Indonesia emas pada 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka. 

 

Namun, bonus demografi ini bisa juga menjadi hambatan jika tidak dipersiapkan dengan baik. Indonesia, kata Presiden, akan mendapatkan bonus demografi yang bisa menjadi keuntungan besar dalam bersaing dengan negara-negara lain. Tapi kalau Indonesia tidak bisa mengelolanya, ini juga bisa menjadi masalah besar.


"Bonus demografi ibarat pedang bemata dua. Satu sisi adalah berkah, jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik," kata Jokowi.

 

Karena itu, menurut Presiden Jokowi, mulai sekarang Indonesia harus siap-siap menyongsong bonus demografi itu, karena akan banyak angkatan kerja yang muncul, yakni anak-anak muda yang produktif.

 

Menteri Hanif mengatakan, untuk tenaga kerja yang saat ini masih berpendidikan SD dan SMP akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan pemagangan dan sertifikasi yang sesuai kebutuhan industri agar bisa menjadi tenaga yang terlatih dan terampil, sehingga mampu terserap semuanya oleh industri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...