Tumbangnya Para Menteri Jokowi di Pileg 2019

Dimas Jarot Bayu
21 Mei 2019, 19:10
Menteri Jokowi gagal dalam PIleg 2019
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) dan bersama menteri Kabinet Kerja menghadiri Sidang Tahunan MPR Tahun 2017 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8).

Setali tiga uang, Eko hanya memperoleh 48.625 suara di dapil Bengkulu. Demikian halnya Lukman yang hanya mendapatkan 30.197 suara di dapil Jawa Barat VI.

Ada berbagai faktor yang disinyalir menjadi penyebab kegagalan para menteri Kabinet Kerja tersebut melenggang ke Senayan. Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar menyebut salah satu faktor kegagalan dikarenakan belum adanya tingkat pengenalan yang baik di daerah pemilihan masing-masing.

(Baca: Puan Sebut Belum Ada Pembicaraan Soal Ketua DPR di Internal PDIP)

Meski berstatus menteri, mereka belum tentu dikenal oleh masyarakat akar rumput. Ini dikarenakan para menteri tersebut tak memiliki prestasi luar biasa yang mampu diingat oleh publik.

"Menteri-menteri yang maju di Pileg belum tentu punya gebrakan luar biasa sehingga punya tingkat pengenalan publik yang baik," kata Rully ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (21/5).

Lebih lanjut, Rully menyebut faktor lain penyebab kekalahan para menteri bisa jadi dikarenakan mereka jarang turun langsung ke dapil masing-masing. Mereka terlalu sibuk dengan tugas sebagai menteri, sehingga tak punya waktu untuk berkampanye langsung.

"Itu yang menjadi perbedaan ketika caleg-caleg lain lebih banyak turun ke dapilnya," kata Rully. (Baca: Hanya Dua dari Enam Menteri di Kabinet Kerja Jokowi Lolos DPR)

Hal senada disampaikan Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo. Menurut Karyono, para menteri terlalu sibuk dengan tugas yang diembannya. Alhasil, para menteri  lebih mengandalkan tim kampanyenya untuk menggaet suara masyarakat di daerah pemilihan. "Hal ini berefek pada kekalahan," kata Karyono.

Hal lain yang menurutnya tak bisa diremehkan yaitu terkait kekuatan kompetitior para menteri di dapil masing-masing. Jika kompetitor lebih populer dan memiliki dukungan yang kuat, maka sulit bagi para menteri tersebut untuk menang.

Di samping itu, kondisi kekuatan partai di daerah pemilihan para menteri tersebut juga menentukan. "Di suatu wilayah ada partai tertentu yang lemah dukungan suaranya," kata dia.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...