Tanggapi Jokowi, Kedubes Rusia: Kami Tidak Ikut Campur Proses Pemilu

Ameidyo Daud Nasution
4 Februari 2019, 15:31
Stop Hoax
ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
Demonstrasi menolak penolakan penyebaran berita bohong (hoax) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (22/1). Hoaks disebut menjadi salah satu gangguan Pemilu yang bertujuan untuk menggerus kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Strategi ini, lanjut Jokowi, mengadopsi 'propaganda Rusia' untuk memenangkan kontestasi politik. Ia menyebut propaganda Rusia yang ditiru konsultan tersebut dilakukan dengan menyebarkan kabar bohong sebanyak-banyaknya. Ini ditujukan agar masyarakat menjadi ragu atas kinerja pemerintah selama ini. "Yang dipakai konsultan asing," kata Jokowi kemarin.

Mereka tidak berpikir akan dampak negatif yang dibawa ketika menyebarkan hoaks. "Enggak berpikir (hoaks) ini memecah-belah rakyat atau tidak, menganggu ketenangan rakyat atau tidak, membuat rakyat khawatir atau tidak, membuat rakyat takut, enggak peduli," kata Jokowi.

(Baca: Jokowi Sebut Ada Kandidat Pilpres yang Gunakan Konsultan Asing )

Istilah 'propaganda Rusia' muncul dalam perhelatan Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada 2016 silam. Laporan United States Intelligence Community (IC) pada Oktober 2016 mengenai keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS 2016 dikonfirmasi oleh kantor Direktur Intelijen Nasional AS tiga bulan kemudian.

Keterlibatan Rusia dilakukan melalui dua cara. Pertama, melalui Internet Research Agency yang membuat ratusan akun media sosial yang meniru pendukung kelompok-kelompok radikal, merencanakan dan mendorong unjuk rasa yang meraih jutaan pengguna media sosial antara 2013-2017. Hal ini dilakukan untuk menyebarkan ketidakpercayaan terhadap para kandidat dan sistem politik secara keseluruhan.

Kedua, melalui para peretas (hacker) yang berafiliasi dengan biro intelijen militer Rusia. Mereka meretas sistem komputer Komite Nasional Demokrat, komputer anggota Kongres dari Partai Demokrat dan para pejabat kampanye Hillary Clinton. Hal ini menyebabkan bocornya puluhan ribu surat elektronik, termasuk surat elektronik pribadi Clinton.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...