Potensi Golput Menghantui Pilpres 2019

Dimas Jarot Bayu
9 Januari 2019, 09:24
Kotak Suara TPS KPU
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Ilustrasi pemilih di TPS.

Jokowi dulu didukung karena diharapkan mampu mengakomodasi agenda-agenda progresif, salah satunya terkait penuntasan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Namun, berbagai agenda tersebut terkesan luput dituntaskan oleh Jokowi.

"Ada kekecewaan tentu di kalangan pemilih Jokowi terutama menimbang agenda Jokowi yang sangat progresif di 2014," kata Arif ketika dihubungi Katadata.co.id.

Hanya saja, Arif menilai angka golput tak akan melonjak signifikan. Alasannya, pendukung Jokowi tentu menimbang pesaingnya saat ini serupa dengan Pilpres 2014, yakni Prabowo Subianto.

Meski kecewa, Arif menilai para pendukung Jokowi pada Pilpres 2014 tak ingin Prabowo menang para kontestasi politik tahun ini. "Situasi (kemenangan Prabowo) ini bagi sebagian kalangan (pendukung Jokowi) terutama yang lebih rasional itu tadi dianggap sebagai situasi yang lebih buruk," kata Arif.

Alasan lainnya, angka golput tak akan melonjak signifikan karena adanya stigma yang dibangun sejak era Orde Baru. Menurut Arif, masyarakat telah didoktrin bahwa memilih merupakan sebuah kewajiban ketimbang hak.

Mereka yang golput dianggap telah melepaskan tanggung jawabnya dalam menentukan nasib negara selama lima tahun ke depan. "Kedua, sosialisasi KPU maupun partai politik itu mendorong orang hadir untuk Pemilu. Ada juga promo-promo komersial untuk mendorong orang memilih," kata Arif.

(Baca: Penggunaan Internet untuk Mencari Berita Politik Naik 3 Kali Lipat)

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...