Bisnis Holistik Teh Arafa Tea Raup Omzet Miliaran
Bisnis kreatif yang dijalankan Arafa Tea sejak 2007 terus tumbuh. Berbagai produk olahan daun teh premium yang dipasarkan mampu menghasilkan omzet sedikitnya Rp 1 miliar setiap bulan.
Pendiri Arafa Tea Ifah Syarifah menyatakan, fokus pemasaran produknya terutama membidik konsumen lokal tanpa mengabaikan peluang pasar di luar negeri. Konsep yang diterapkan tak sekadar menjadikan teh sebagai komoditas melainkan bagian dari gaya hidup.
"Kami tidak ambisius untuk perbanyak ekspor. Ekspor dua kali dalam setahun (dalam jumlah besar) sudah cukup. Fokus kami adalah sajikan produk olahan daun teh kualitas premium untuk negeri sendiri," ucapnya kepada Katadata.co.id, Rabu (5/12).
(Baca juga: Potensinya Besar, BPS Kumpulkan Data Ekonomi Kreatif dan Wisata)
Volume produksi Arafa Tea per bulan sekitar 20.000 kemasan. Jumlah ini dengan asumsi dihasilkan 10.000 bungkus setiap dua pekan. Pembelian bahan baku alias daun teh sedikitnya Rp 7,5 juta per hari. Khusus penjualan ke luar negeri lazimnya dipasok sebagai bahan baku untuk pabrikan besar.
Arafa Tea tak hanya menghasilkan produk olahan daun teh, seperti aneka minuman seduhan teh, makanan, dan produk kecantikan. Jenama bisnis yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat ini juga membangun jaringan bisnis sejak dari hulu alias petani teh, serta mengelola agrowisata.
Petani teh yang tercakup di dalam jaringan bisnis Arafa Tea berasal dari beberapa lokasi, yaitu Sukabumi, Cianjur, Bandung Barat, Ciwidey, Garut, Yogyakarta, Kulonprogo, bahkan ada yang di luar Pulau Jawa. (Baca juga: Harga Komoditas Anjlok, Kementan Dorong Penguatan Petani)
Rumah produksi yang dikelola Arafa Tea siap membeli daun teh petani sekitar empat kali lipat harga normal jika memasok ke pabrikan besar. Tapi petani harus memastikan daunnya berkualitas serta memberikan upah memadai kepada para buruh tani.
"Kami akan membeli ke petani dengan harga bagus. Tapi mereka juga harus beri upah bagu kepada para buruh pemetik teh. Kami ingin sejak level buruh sudah tersenyum. Petani jual ke perusahaan besar itu sekitar Rp 2.500, kalau ke kami bisa Rp 10.000," tutur Ifah.
Seluruh produk Arafa Tea diklaim berasal dari bahan baku berkualitas, salah satu indikatornya ialah daun teh dipetik tangan. Produk yang dipasarkan, contohnya minuman seduhan teh (teh hijau, putih, hitam, matcha, teh dan rempah, serta teh dan bunga). Ada pula makanan, seperti opak matcha, coklat matcha, bahkan losion tubuh berbahan teh hijau.
(Baca juga: Inovasi, Ekspansi, dan Hitungan Bisnis Kuliner ala Blendi Moys)
Ifah memilih untuk membuat jaringan distributor sendiri atas produk yang ada. Arafa Tea juga menjalankan praktik bisnis agrowisata sebagai salah satu strategi pemasaran. Pariwisata yang melibatkan lahan pertanian ini bertujuan mengedukasi masyarakat tentang seluk beluk teh.
"Inovasi ke depan, kami ingin membuat educafe, kafe edukasi tentang teh. Kami ingin menjalankan bisnis yang holistik terkait teh dengan cara yang tidak seperti penjajah," tuturnya. (Baca juga: Gaya Hidup Milenial Jadi Ladang Subur Startup Pariwisata)
Saat ditanya kesan personalnya tentang teh, Ifah mengutarakan bahwa teh bukan hanya tumbuhan bernilai ekonomi. Baginya, daun teh mengajarkan tentang makna kehidupan. Dia menyebut daun teh sebagai daun kehidupan.