Bolong-bolong pada Membaiknya Pembangunan Berkelanjutan

Dimas Jarot Bayu
20 September 2018, 18:10
Bambang Brodjonegoro
Arief Kamaludin|Katadata

Saat ini, misalnya, masih ada satu dari tiga anak Indonesia di bawah umur lima tahun yang mengalami stunting. Angka kematian bayi juga masih tinggi karena cakupan imunisasi masih rendah. Penolakan masyarakat pada imunisasi dasar menjadi kompleksitas yang menghambat upaya mengatasi masalah tersebut.

Menurut Bambang, Indonesia juga memiliki persoalan terkait kualitas pendidikan. Berdasarkan Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia pada 2016, kompetensi siswa Indonesia untuk mata pelajaran sains, membaca, dan matematika cukup rendah.

(Baca juga: Bappenas Catat Beberapa Target Pembangunan 2019 Sulit Tercapai)

Sementara perkawinan anak di bawah usia 18 tahun belum beranjak dari persentase 23 persen. Kemudian, proporsi penduduk usia 15-29 tahun yang tidak bersekolah, tidak bekerja, atau dalam pelatihan proporsinya masih cukup tinggi. “Lalu, transformasi terkait peran industrialisasi hingga kini belum menggembirakan. Industri atau manufaktur terus tumbuh, namun berada di bawah pertumbuhan ekonomi,” tambah dia.

Karenanya, Bambang meminta partisipasi berbagai pihak untuk mencapai tujuan SDGs. Pemerintah tak bisa hanya bekerja sendiri karena pencapaian yang ditargetkan selesai 2030 itu tidak mudah. Perlu peran organisasi masyarakat, pelaku usaha, filantropi, akademisi dan pakar agar berbagai program yang diinisiasi pemerintah dapat semakin optimal.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...