Hoaks Bangkitnya Komunisme Jelang Tahun Politik

Dimas Jarot Bayu
20 September 2017, 11:50
massa anti-komunisme
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Petugas kepolisian menjaga massa yang mengepung LBH Jakarta, Minggu (17/9) malam. Massa menerima kabar bohong atau hoaks mengenai bangkitnya komunisme di media sosial.

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai ada nuansa politik yang kental dalam isu kebangkitan komunisme saat ini. Pasalnya, isu ini kerap muncul sejak Pilpres 2014 dan selama Presiden Joko Widodo memerintah.

Bahkan, kata Yunarto, ada beberapa pihak yang menuduh Jokowi dan PDIP -partai pengusung Jokowi- sebagai anasir PKI. Padahal, tidak ada fakta-fakta yang bisa membuktikan tuduhan tersebut.

"Isu komunisme ini sebetulnya sudah pernah digunakan pada 2014, nuansa politisnya memang terlalu kental," kata Yunarto ketika dihubungi Katadata, Selasa (19/9).

Yunarto mengatakan, isu komunis ini berbahaya karena dapat menbuat keruh politik di tingkat elit sekaligus berpotensi menimbulkan konflik horizontal di kalangan masyarakat.  (Baca: Survei CSIS: Kepuasan Publik Pada Jokowi-JK Naik Terus Jadi 68,3%)

Yunarto mengatakan, jika isu ini terus dimainkan hingga Pilpres 2019, kontestasi politik yang berjalan akan dangkal. Sebab, masyarakat tak lagi berfokus pada program-program yang ditawarkan, melainkan beralih ke isu komunisme.

"Kontestasi pilpres kita bisa tidak bermain program, tapi mengarah ke isu-isu yang tidak benar," kata Yunarto.

Yunarto menduga, isu komunisme dan agama -yang menjerat mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, sebenarnya hanya dimainkan oleh pihak yang sama sejak Pilpres 2014.  Namun dia tak menjelaskan lebih lanjut pihak yang bermain. 

Yunarto menjelaskan, isu komunisme kerap dipakai karena memiliki sejarah kelam dengan Indonesia. Selain itu, isu komunisme dan agama punya akar yang sama dalam sentimen negatif di Indonesia. "PKI juga dianggap merupakan musuh agama," kata dia.

Peneliti Politik dan Hubungan Internasional CSIS Arya Fernandes menilai isu komunisme tak akan efektif untuk mendulang dukungan publik.

Arya berargumen, pada Pilpres 2014 kendati Jokowi telah diserang isu komunisme, namun ia tetap mampu terpilih sebagai Kepala Negara. Apalagi, Jokowi saat ini telah membangun hubungan yang dekat dengan kelompok Islam, seperti NU dan Muhammadiyah.

"Penggunaan isu agama dan komunisme secara umum tidak ada pengaruhnya dalam pemilu di tingkat nasional, terutama pada keterpilihan petahana," kata Arya.

Arya pun menilai masyarakat akan lebih berfokus pada isu-isu ekonomi dan kinerja pemerintah pada Pilpres 2019. Sebab sebagai petahana, masyarakat telah merasakan dampak dari kepemimpinan Jokowi.  "Saya kira isu ekonomi dan kinerja pemerintah di bidang ekonomi akan menguat di Pilpres nanti," kata Arya.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...