Cegah Kosongnya Kekuasaan jadi Alasan Pemerintah Tak Tunda Pilkada

Rizky Alika
30 September 2020, 18:54
Pekerja menyegel kotak suara saat memasukkan logistik tambahan dari KPU Pusat yang baru tiba malam hari di gudang KPU Daerah, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (14/4/2019). KPU Daerah Kendari baru menerima surat suara tambahan dari KPU Pusat sekitar 2
ANTARA FOTO/JOJON
Pekerja menyegel kotak suara saat memasukkan logistik tambahan dari KPU Pusat yang baru tiba malam hari di gudang KPU Daerah, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (14/4/2019). KPU Daerah Kendari baru menerima surat suara tambahan dari KPU Pusat sekitar 23 ribu lembar setelah sebelumnya menerima 27 ribu lembar surat suara, sementara untuk formulir C1 Plano pihak KPU Daerah Kendari belum menerima menjelang pencoblosan Pemilu 2019 pada Rabu 17 April 2019.

Oleh sebab itu penyelenggara Pemilu langsung meminta tambahan anggaran untuk keperluan Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas. Dia juga mengatakan petugas akan menerapkan standar kesehatan yang ketat dalam pelaksanaan Pilkada. “Kami diberi warning kalau tak pakai APD bisa jadi temuan untuk diberi sanksi,” kata Ilham.

Sedangkan Bambang Soesatyo mengatakan kondisi pandemi ini menimbulkan dilema dalam Pilkada. Ia juga memprediksi akan ada penurunan partisipasi pemilih karena kekhawatiran Covid-19.

Makanya dia meminta memastikan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD), ketersediaan tes Covid-19, tenaga medis, dan sarana penunjang lainnya.  Bambang mengutip data Kemendagri bahwa pada Juni 2020, hanya 76 dari 270 wilayah yang menyatakan tidak perlu tambahan anggaran untuk memenuhi protokol kesehatan. "Selebihnya memerlukan tambahan dana," kata Bambang.

Meski demikian hal ini tak membuat Muhammadiyah hingga ahli menghentikan permintaan untuk menunda Pilkada. Muqoddas meminta pemerintah mengalihkan tenaga pada penanganan pandemi, alih-alih memaksakan helatan politik daerah tahun ini.

Dia juga mengatakan Muhammadiyah telah berkirim surat resmi agar tak ada pesta demokrasi akhir tahun nanti. “Tapi pemerintah belum ambil sikap. NU juga sama sikapnya tapi pemerintah tetap keukeuh,” kata Busyro.

Permintaan yang sama juga disampaikan Pandu Riono lantaran risiko penularan yang masih tinggi. Namun jika hal tersebut tak dilakukan, paling tidak pemerintah harus benar-benar mengendalikan kasus Covid-19 hingga akhir tahun jika ingin pilkada tak menjadi klaster corona. “Karena kunci memiliki pemimpin yang baik adalah Pilkada berkualitas,” kata Pandu.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...