Prabowo Temui Menhan Austria, Incar 15 Jet Eurofighter

Rizky Alika
20 Oktober 2020, 17:22
Pesawat tempur Eurofighter Typhoon
Eurofighter Documentation
Pesawat tempur Eurofighter Typhoon

Juru bicara pertahanan Partai Kebebasan Austria (FPO), Reinhard Bösch menilai, potensi kesepakatan antara kedua negara sangat rendah. Sebab, Austria membutuhkan persetujuan dari empat negara produsen Eurofighter, yaitu Jerman, Inggris Raya, Italia, dan Spanyol. Tak hanya itu, Austria juga memerlukan restu dari AS dan Airbus.

Juru bicara pertahanan Partai Hijau David Stögmüller mengatakan, Kemenhan Austria perlu mempertimbangkan penjualan pesawat tempur itu ke Indonesia. "Harus diklarifikasi apakah tidak ada negara lain yang tertarik dengan Eurofighter dan tidak ada masalah seperti Indonesia," ujar dia.

Selain itu, Presiden Austria Alexander Van der Bellen pun meminta Tanner untuk mencermati permintaan Prabowo. "Merupakan tugas menteri pertahanan untuk memeriksa permintaan itu dengan cermat serta menarik kesimpulan yang sesuai," katanya.

Kritik di Indonesia

Di Indonesia, kritik datang dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Imparsial yang menilai rencana Prabowo berpotensi melanggar Undang-undang (UU) Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Hal ini lantaran tidak terjadinya proses transfer teknologi untuk mengembangkan industri pertahanan dalam negeri.

Wakil Direktur Imparsial, Gufron Mabruri mengatakan, tidak terjadinya transfer teknologi lantaran pesawat itu dibeli dalam kondisi bekas pakai dan Austria bukanlah produsen pesawat Eurofighter. "Bagaiamana kita bisa membangun kemandirian pertahanan sementara kita hobinya membeli barang-barang bekas bukan dari produsennya," kata Gufron dalam diskusi daring di Jakarta, Senin (27/7).

Menurut Ghufron, upaya membeli sistem pertahanan (alutsista) bekas bukanlah hal baru di Indonesia. Namun langkah ini berpotensi mengulangi kesalahan yang sama di pemerintahan sebelumnya seperti pengadaan barang dengan kualitas yang di bawah standar dan tanpa dilengkapi persenjataan yang memadai.

Tak hanya itu, pembelian alutsista bekas juga berpotensi membuat biaya perawatan membengkak seiring dengan jam terbangnya yang sudah tinggi. Kondisi ini dinilai berbahanya bagi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam kondisi sebenarnya dan bakal menurunkan mental bertempur.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...