Stafsus Jokowi Klaim Tren Perbaikan Ekonomi Meski RI Masih Resesi

Rizky Alika
5 Mei 2021, 15:36
pertumbuhan ekonomi, makro, jokowi, resesi, covid-19
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta (tengah) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (7/10/2019). Arif menyampaikan optimisme Presiden Joko Widodo meski kuartal I 2021 ekonomi RI masih tumbuh minus 0,74%.

Kemudian, pemerintah daerah diminta mempercepat serapan anggaran dan meningkatkan investasi swasta di daerah agar tercipta lapangan kerja. Dengan demikian, konsumsi masyarakat diharapkan dapat tumbuh tinggi tanpa terganggu dengan pengetatan pembatasan sosial.

Kemudian, pembangunan diharapkan terus berjalan dan mendatangkan investasi serta diperkuat dengan belanja pemerintah yang ekspansif. "Sehingga target pertumbuhan positif pada kuartal II-2021 dapat kita capai," kata Arif.

Faktor eksternal juga dapat turut mendorong penguatan ekonomi Indonesia. Beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok (18,3%), Amerika (0,4%), dan Singapura (0,2%) sudah memasuki fase pertumbuhan positif. Capaian ini diyakini bisa memperkuat permintaan ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut.

Namun, pemerintah juga mencermati mitra dagang lain yang mengalami lonjakan kasus Covid-19, seperti India. Hal ini bisa mempengaruhi permintaan ekspor ke negara tersebut. "Negara-negara utama di Uni Eropa juga masih mengalami pertumbuhan yang negatif," ujar dia.

Sebelumnya, BPS mencatat ekonomi kuartal I belum berhasil keluar dari resesi, tercatat minus 0,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi domestik masih lemah.

Meski demikian, angka kontraksi semakin mengecil sejak jatuh dalam pada kuartal kedua 2021. Ia berharap ekonomi pada kuartal kedua akan semakin membaik.

Berdasarkan struktur pengeluarannya, sebanyak 88,91% pertumbuhan disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Namun tingkat pertumbuhan  konsumsi rumah tangga masih minus 2,23% dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto minus 0,23%.

Demikian pula dengan konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga atau LNPRT minus 4,53%. Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh positif 2,96%, begitu juga dengan ekspor dan impor yang masing-masing tumbuh 6,74% dan 5,27%.

"Konsumsi rumah tangga masih menjadi tantangan yang harus kita hadapi. Investasi walaupun masih terkontraksi tetapi sudah mendekati nol," kata Kepala BPS Suhariyanto.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...