Mitos dan Fakta Menarik Bunga Edelweis Tidak Boleh Dipetik

Dwi Latifatul Fajri
1 Desember 2021, 23:32
Bunga Edelweis
pixabay.com/senjakelabu29

Menurut sejarah, Edelweis Jawa ditemukan pertama kali di lereng Gunung Gede, Jawa Barat. Mengutip dari indonesia.go.id, ilmuwan dari Jerman bernama Caspar Georg Karl Reinwardt pertama kali menemukan bunga ini. Tahun 1819, Edelweis Jawa diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz.

Reinwardt menemukan bunga ini ketika berada di lereng bukit. Penelitian tersebut dilakukan di gunung Semeru dan Merbabu.

Fakta Menarik Bunga Edelweis

  • Tumbuh Sampai 4 Meter

Edelweis tumbuh subur di pegunungan Jawa yang panjangnya mencapai 4 meter. Mengutip dari buku 100 Fakta Unik Tumbuhan, sebanyak 636 batang tumbuhan tercatat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tahun 1988.

Bunga abadi ini bisa tumbuh sampai 10 tahun lamanya. Tetapi, Edelweis terancam punah karena beberapa kali dipetik tahun 2017 sampai 2018. Kini, masyarakat dan pemerintah berupaya untuk mengembangkan bunga ini.

Jenis Edelweis lain bisa tumbuh setinggi 8 meter di atas permukaan tanah. Bagian batang bisa mencapai seukuran kaki manusia yang tingginya sekitar 1 meter.

  • Bagian Kebutuhan Adat

Suku Tengger melestarikan Edelweiss di Gunung Bromo. Dataran tinggi tersebut dibangun bibit dan penanaman bunga di rumah masing-masing melalui program swadaya. Edelweiss dipakai ritual adat suku Tengger secara turun temurun.

Suku Tengger menyebut bunga tersebut adalah tana layu. Kata "tan" berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tidak, sedangkan Layu berarti layu. Inilah asal muasal penyebutan bunga abadi.

Menurut suku Tengger, Edelweis menjadi simbol keabadian dan nilainya baik untuk masyarakat. Mengutip dari website pu.go.id, masyarakat Tengger mengadakan upacara keagamaan seperti upacara Karo, Leliwet, Kasada, Entas-entas untuk agama Hindu. Edelweis dimanfaatkan sebagai bunga sesajen ritual keagamaan suku tersebut.

  • Pelestarian Edelweis

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menyediakan pelestarian bunga Edelweis, sekitar 15 tahun lalu. Bunga ini dikembang biakkan di taman nasional yang menyebar di seluruh pegunungan.

Ada tiga jenis bunga Edelweis yaitu Anaphalis javanica (Edelweis Jawa), Anaphalis longifolia, dan Anaphalis viscida.

Bunga ini juga dikembang biakkan di pekarangan dan pinggir jalan perkampungan. Sehingga Desa Wonokitri di Kecamatan Tosari menjadi objek wisata. Daerah tersebut menjadi tempat wisata untuk pengunjung yang ingin berfoto bersama bunga Edelweis.

Selain itu petani juga menjual Edelweiss kering yang dipasarkan di Indonesia. Bunga Edelweis menjadi cinderamata dan bingkisan cantik.

Budidaya bunga ini menjadi komoditas masyarakat yang bisa diperjualbelikan pada wisatawan. Sehingga wisatawan tidak memetik sembarangan bunga Edelweis liar yang ada di lereng pegunungan.

  • Obat Penyembuh

Edelweis Jawa berkhasiat sebagai obat penyembuh. Ekstrak bunga mengandung antioksidan tinggi yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Penelitian dilakukan dengan ekstrak bunga ini menemukan kandungan antimikroba untuk membasmi bakteri, jamur, dan anti peradangan. Ekstrak bunga bisa menyembuhkan batuk, pencegahan kanker payudara, difteri, dan TBC.

  • Muncul di Perangko Nasional

Tahun 2003, Kantor Pos Indonesia mencetak desain perangko bergambar bunga Edelweis. Perangko itu berukuran kecil dengan nominal Rp 3.000. Desain perangko dipakai sebagai penghormatan pada bunga Edelweiss yang terancam punah.

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...