Jokowi Terus Kebut Program Cetak Sawah di Lahan Gambut Kalimantan
Dia juga menjelaskan, selain faktor kontur lahan, program cetak sawah baru juga dinilai memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang tak sediki untuk mengalihfungsikan lahan gambut menjadi persawahan.
Sebagai contoh, untuk 1 hektar lahan setidaknya dibutuhkan minimal sekali 2-3 orang petani. Jika area persawahan yang bidik pemerintah mencapai 200 ribu, itu berarti ada sekitar 300 ribu orang harus dimukimkan di sana.
"Belajar dari kegagalan yang lalu, kita kurang petani di situ jadi setelah selesai serbuan tanam, satu musim ditinggalkan lagi petani dan lahan jadi tertinggal," katanya.
Oleh sebab itu, dia berharap, di bawah koordinasi pak Menko kita persiapkan lebih matang lagi terutama koordinasi pemerintah daerah dan transmigrasi.
Adapun pekan depan, pihaknya berencana meninjau sekitar lokasi di Kalimantan tengah. "Sudah janjian ke pak gubernurnya untuk memberikan input bagaimana penanganannya lebih jauh," ujar Syahrul.
(Baca: Cegah Krisis Pangan, Kemendes Siapkan 75 Ribu Ha Lahan Intensifikasi )
Wacana pembukaan sawah baru ini datang dari arahan Presiden Joko Widodo untuk mengantisipasi krisis pangan dunia. Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO) sebelumnya menyatakan, krisis pangan dunia berpotensi terjadi pada April dan Mei 2020.
Krisis pangan dapat terjadi karena rantai pasok pangan terganggu seriing kebijakan karantina wilayah (lockdown) dan pembatasan sosial berbagai negara di masa pandemi corona.
Tak hanya itu, produksi berbagai komoditas pertanian bernilai tinggi, seperti buah dan sayuran juga ikut terganggu. Alasannya, komoditas tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja dalam produksinya.
Begitu pula dengan sektor peternakan, yang akan terpengaruh dalam hal pemenuhan pakan hewan ternak, proses penjagalan, serta pengolahan daging. Sementara komoditas bahan pokok yang padat modal relatif tak terpengaruh.