Huawei Gandeng Bank Rusia, Xiaomi, OPPO, dan Vivo untuk Lawan AS
Masuk daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan Amerika Serikat (AS) tak membuat Huawei berdiam diri. Perusahaan asal Tiongkok itu mengembangkan perangkat lunak (software) sendiri, serta membangun aliansi dengan bank Rusia, Xiaomi, OPPO dan Vivo.
Huawei mengumumkan kerja sama dengank bank terbesar di Rusia, Sberbank pada bulan ini. Lewat kemitraan itu, raksasa teknologi Tiongkok ini meluncurkan platform komputasi awan (cloud).
Perusahaan berjanji bakal membangun komunitas digital di Rusia. Perusahaan bakal meningkatkan nilai transaksi di Negeri Beruang Putih dari US$ 392 juta menjadi US$ 800 juta. Selain itu, mereka akan melatih 35 ribu spesialis teknologi informasi (IT), serta membangun pusat penelitian.
(Baca: Trump Perpanjang Izin Kerja Sama Beberapa Perusahaan AS dengan Huawei)
Rusia dan Huawei sama-sama bermasalah dengan pemerintah AS. Rusia menuduh AS sebagai pencuri informasi terbesar di dunia, karena itu mereka ingin mengembangkan teknologi sendiri. Sedangkan Huawei disanksi AS sejak tahun lalu.
"Kami ingin berbagi semua teknologi dengan pelanggan, mitra, pengembang, dan semua orang di ekosistem Rusia, sehingga tidak ada yang hanya bergantung pada pemasok tunggal," kata Head of Business Operations Huawei di Russia Xiao Haijun dikutip dari Nikkei Asian Review, kemarin (11/3).
Huawei sebenarnya memiliki layanan cloud sendiri di Huawei dan sudah beroperasi sejak Februari 2019. Kini, layanan itu ditutup dan perusahaan berfokus pada kemitraan dengan Sberbank. Lembaga analitik Rusia, iKS-Consulting memperkirakan pasar cloud tumbuh 20% menjadi US$ 1,32 miliar pada tahun lalu.
(Baca: Tak Didukung Google, Penjualan Ponsel Huawei Diprediksi Anjlok 20%)
Sanksi dari AS memang memacu Huawei untuk mengembangkan teknologinya sendiri. Perusahaan asal Tiongkok itu mengembangkan toko aplikasi pesaing Google Play Store, yang disebut AppGallery. Mereka juga membuat sistem operasi (Operating System/OS) dan mesin pencari sendiri.
Huawei juga dikabarkan menggandeng perusahaan Tiongkok lainnya yakni OPPO, Xiaomi dan Vivo untuk membuat toko aplikasi tandingan Google Play Store. Dikutip dari Reuters, keempat perusahaan itu membentuk aliansi yang diberi nama Global Developer Service Alliance (GDSA).
(Baca: Google Minta Izin AS untuk Rujuk dengan Huawei)
Kerja sama itu bertujuan memudahkan pengembang gim, musik, film, dan lainnya memasarkan aplikasi mereka di pasar luar negeri. Menurut beberapa sumber, GDSA bakal diluncurkan pada bulan ini.
Meski begitu, penjualan ponsel Huawei diprediksi anjlok 20% menjadi sekitar 190 juta tahun ini. The Information mengetahui proyeksi itu dari laporan internal perusahaan yang beredar terbatas untuk para pimpinan di divisi consumer electronics pada Januari lalu. Penurunan secara tahunan (year on year/yoy) ini merupakan yang pertama kali.
(Baca: Disanksi AS, Huawei Gaet OPPO & Xiaomi Buat Pesaing Google Play Store)