Gojek dan Grab PHK, Benarkah Bisnis Ojek Online Gagal Tahun Ini?

Desy Setyowati
7 Desember 2022, 15:08
ojek online, gojek, grab
ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di depan Stasiun Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Senin (5/9/2022).

Gojek dan Grab melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK tahun ini. Bagaimana bisnis taksi dan ojek online sejak awal tahun?

INDEF atau Institute for Development of Economics and Finance menyampaikan, layanan taksi dan ojek online masif digunakan sebelum pandemi corona dan ketika kasus Covid-19 tinggi maupun saat menurun.

“Rata-rata pengeluaran konsumen layanan taksi dan ojek online berkisar Rp 50 ribu - Rp 250 ribu per minggu,” kata INDEF dalam keterangan pers, Rabu (7/12).

Frekuensi penggunaan layanan taksi dan ojek online, yakni:

  • Layanan taksi dan ojek online rata-rata empat sampai 12 kali setiap minggu
  • Layanan logistik tujuh sampai sembilan kali pengiriman per minggu

Lebih rinci lagi dapat dilihat pada Grafik di bawah ini:

Bisnis taksi dan ojek online, serta logistik online pada 2022
Bisnis taksi dan ojek online, serta logistik online pada 2022 (Riset INDEF 2022)

Itu berdasarkan survei INDEF terhadap 2.304 responden untuk berbagi rumpangan (ride hailing) dan 1.152 terkait logistik.

Responden berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Bandung, Palembang, Bali, Yogyakarta, dan Balikpapan. Khusus untuk logistik yakni di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.

Tingkat kesalahan dari hasil survei atau margin of error 5%. Survei dilakukan secara online pada Agustus – September.

Sebelumnya Google, Temasek, dan Bain memperkirakan, transaksi layanan taksi dan ojek online di Indonesia diramal US$ 8 miliar atau sekitar Rp 124,2 triliun tahun ini. Itu tertuang dalam laporan bertajuk e-Conomy Southeast Asia 2022.

Rincian perkirakan kenaikan transaksi taksi dan ojek online di Indonesia, sebagai berikut:

  • Naik 9% per tahun selama 2019 – 2021
  • Naik 19% dari 2021 US$ 7 miliar menjadi US$ 8 miliar pada 2022
  • Naik 22% per tahun dari 2022 US$ 9 miliar menjadi US$ 15 miliar pada 2025

Meski begitu, Gojek dan Grab masih mencatatkan kerugian. Angkanya dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Grab pun melakukan PHK kepada karyawan di lini bisnis GrabKitchen. Ini merupakan divisi dapur sewa yang disebut cloud kitchen.

Chief Communications Officer Grab Indonesia Mayang Schreiber menyampaikan bahwa GrabKitchen beroperasi sejak 2018. “Selama empat tahun beroperasi, terlihat pertumbuhan yang tidak konsisten, serta adanya peralihan menjadi model bisnis aset-ringan,” kata dia kepada Katadata.co.id, pada Oktober (22/10).

“Situasi ini memaksa kami mengambil keputusan sulit, untuk tidak melanjutkan operasi GrabKitchen di Indonesia, efektif mulai 19 Desember,” tambah dia. “Langkah berat ini berdampak langsung pada belasan karyawan Grab.”

Induk Gojek, GoTo memangkas 1.300 pegawai atau 12% dari total. Manajemen GoTo mengatakan bahwa perusahaan harus mengambil keputusan sulit di tengah kondisi perlambatan makro ekonomi.

"Tantangan makroekonomi global berdampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia. GoTo, seperti layaknya perusahaan besar lainnya, perlu beradaptasi untuk memastikan kesiapan perusahaan menghadapi tantangan ke depan," kata Audrey, bulan lalu (18/11).

Bisnis Ojek Online Dianggap Gagal

Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno menilai, bisnis taksi dan ojek online lantaran pengemudi sering berunjuk rasa.

“Pengemudi ojek online sebagai mitra tidak akan merasakan peningkatan pendapatan, karena tergerus oleh potongan-potongan fasilitas aplikasi yang sangat besar,” kata dia dalam keterangan pers, pada Oktober (9/10).

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Lenny Septiani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...