Cegah Bisnis Tutup, Ragam Jurus Bertahan E-commerce di Masa Pandemi

Cindy Mutia Annur
4 September 2020, 11:34
Cegah Bisnis Tutup, Ragam Jurus Bertahan E-commerce di Masa Pandemi.
Google Play Store
Ilustrasi tampilan platform Sorabel, Hooq, dan Eatsy. Platform e-commerce Sorabel menghentikan operasionalnya.

"Untuk mencapai ini, biaya marketing produk harus efisien supaya margin keuntungan bisa stabil," katanya kepada Katadata.

Ia pun mencontohkan, unicorn seperti Tokopedia yang dinilai mempunyai kekuatan lebih dibanding pemain e-commerce lain. Menurut Melisa, perusahaan tersebut memiliki sumber daya untuk menarik lebih banyak konsumen lewat biaya pemasaran digital yang disubsidi, termasuk menawarkan produk dengan harga terjangkau. 

"Jika pemain baru tidak punya nilai tambah atau penawaran yang unik dan hanya mengandalkan harga diskon, mereka tidak akan mampu bersaing dengan unicorn bermodal besar," ujar Melisa. 

Agar bisa bersaing dengan pemain besar yang sudah ada, pelaku usaha e-commerce baru harus lebih dulu kuat secara vertikal. Artinya, perusahaan harus menguasai aspek-aspek dari unit-unit ekonomi seperti sumber suplai (product sourcing), efisiensi logistik, dan optimasi pasar.

Startegi lain e-commerce dalam bertahan selama pandemi yakni dengan pengelolaan keuangan keuangan dengan bijak. Namun, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, tidak semua startup akan bertahan meski bergerak pada sektor yang diuntungkan oleh adanya pandemi.

Pengeluaran promosi yang besar atau 'bakar uang' akan mempengaruhi daya tahan startup. "Untuk bisa bertahan juga ditentukan oleh user experience dan ketersediaan barang," katanya beberapa waktu lalu.

Untuk diketahui, di tengah banyaknya tantangan usaha selama pandemi Covid-19, sejumlah e-commerce mengumumkan rencana penutupan bisnis. Terbaru, Blanja.com akan menyetop operasionalnya pada Oktober 2020.

Perusahaan patungan (joint venture) milik Telkom Grup dengan eBay asal Amerika Serikat (AS)  ini resmi dibentuk pada 2014. 

Selain itu, Sorabel dan Stoqo menghentikan operasionalnya di Indonesia. Stoqo yang mengusung model business-to-business (B2B) resmi tutup pada April diikuti langkah serupa dari Sorabel pada Juli 2020.

Sorabel menyasar segmen menengah ke bawah. Namun, sebagian masyarakat pada segmen ini terpukul pandemi virus corona.

“Covid-19 menyerang pada titik paling rentan dalam strategi pendanaan dan menghancurkan basis pelanggan inti kami,” kata Co-Founder Sorabel Jeffrey Yuwono, dikutip dari e27, akhir Juli lalu.

Meski begitu, Yuwono berencana membangun bisnis Sorabel secara offline. “Sekarang kami benar-benar memiliki merek yang berdiri untuk fashion, kami siap mencoba secara offline. Jadi saya berharap bisa membukanya secepatnya," kata dia, dikutip dari e27, pada pertengahan Agustus.

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...