Bukalapak Ungkap Alasan Tidak Berencana Dual Listing di AS

Fahmi Ahmad Burhan
15 Oktober 2021, 05:30
Bukalapak, ipo, e-commerce, amerika, dual listing
ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Karyawan menunjukkan fitur pembelian tiket Kereta Api (KA) Bandara pada aplikasi Bukalapak dengan menggunakan gawai saat perjalanan dari Stasiun BNI City menuju ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Setelah IPO di Indonesia, Bukalapak menjalankan sejumlah strategi, seperti mengembangkan bisnis all commerce. Kemudian, menambah produk, layanan, dan fitur baru.

Strategi bisnis all commerce meliputi lini bisnis digitalisasi warung melalui layanan Mitra Bukalapak yang dianggap potensial.

Berdasarkan riset Euromonitor International, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina berbelanja di toko kelontong. Transaksinya mencapai US$ 479,3 miliar atau 92% dari total nilai pasar retail US$ 521 miliar pada tahun lalu.

Hingga kini, Bukalapak menggaet 8,7 juta mitra. Rahmat menyampaikan bahwa saat ini perusahaan sudah menguasai 40% pasar digitalisasi warung.

Selain fokus pada digitalisasi warung, perusahaan menyasar pasar kota tingkat (tier) dua. Kota yang menjadi incaran perusahaan seperti Yogyakarta, Manado, Solo, Palembang, dan Pekanbaru.

Presiden Bukalapak Teddy Oetomo mengatakan, strategi lainnya yaitu berkolaborasi dengan beragam ekosistem untuk menambah layanan baru. Salah satunya, menggaet Ashmore Asset Management Indonesia untuk meluncurkan aplikasi investasi bernama BMoney.

"Kami coba menambah inovasi investasi untuk pengguna, agar layanan investasi dari Bukalapak ke depan bukan hanya reksadana," kata Teddy pada Juli (9/7).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...