Ragam Teknologi Startup untuk Tangkal Penipuan Magis

Fahmi Ahmad Burhan
10 Oktober 2020, 10:00
Ragam Teknologi Startup untuk Tangkal Penipuan Magis
123RF.com/rawpixel
Ilustrasi keamanan internet

Sederet teknologi tersebut diadopsi untuk memperkuat keamanan sistem, sehingga dapat memitigasi kerugian yang lebih besar. Internet Crime Complaint Center (IC3) mencatat, kerugian akibat kejahatan siber mencapai US$ 2,71 miliar pada 2018.

Algoritme juga dikembangkan oleh perusahaan e-commerce. Shopee menggunakan teknologi ini untuk mengidentifikasi transaksi hingga harga produk. "Susah kalau melihat satu per satu, jadi kami bangun algoritme," ujar Head of Public Policy and Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmodjo, Maret lalu (12/3).

Bukalapak dan Tokopedia mengimplementasikan teknologi serupa. Hal ini memungkinkan mereka menganalisis ada tidaknya kecurangan di platform, termasuk penjualan produk yang melanggar peraturan.

Selain startup, aplikasi besutan raksasa teknologi global seperti WhatsApp tidak luput dari incaran pelaku kejahatan siber. Pada Juli lalu, beberapa pengguna WhatsApp mendapatkan notifikasi ketika mencoba masuk ke platform.

Notifikasi itu meminta pengguna untuk memilih verifikasi akun atau opsi 'Ok'. Pakar keamanan siber di Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan, pesan seperti itu bisa saja menandakan bahwa akun WhatsApp sudah diretas.

Ketika memilih opsi 'Ok', pengguna memberikan izin kepada peretas (hacker) untuk menguasai akun. Tanpa pemahaman digital yang baik, calon korban berpotensi mengeklik ‘Ok’.

Namun, WhatsApp sudah menyediakan fitur autentikasi dua faktor (two-factor authentication) untuk memitigasi upaya peretasan. Keamanan berlapis ini meliputi PIN dan kode OTP.

Perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Microsoft mencatat bahwa penipu mulai beralih dari malware ke phising pada tahun ini. Mereka menyesuaikan modus dengan tema umpan yang menjadi perhatian banyak orang, seperti virus corona.

Data kepolisian pun menunjukkan, penipuan online berada pada urutan atas yang paling banyak dilaporkan, sebagaimana tecermin pada Databoks di bawah ini:

 

Laporan The International Criminal Police Organization (Interpol) pada 2020 pun menunjukkan, Asia Tenggara menjadi sasaran penjahat siber dengan modus magis. Pasar Indonesia yang paling diincar, sebagaimana terlihat pada Databoks berikut:

 

Di tengah pandemi corona, penipuan dengan modus magis pun kian marak. Berdasarkan laporan ISACA berjudul Global State of Cybersecurity 2020: Threat Landscape and Security Practices, kejahatan siber dengan modus magis mencapai 15% dari total.

Penipuan online kian marak ketika layanan berbasis digital semakin sering digunakan selama pandemi Covid-19. Platform yang dimaksud terlihat pada Databoks di bawah ini:

Modusnya beragam. Selain PopCall, contoh lainnya yakni Maia Estianty pernah ditipu menggunakan fitur pengalihan panggilan (call forward). Sekalipun Maia tak memberikan kode OTP, pelaku tetap dapat menerima semua SMS yang masuk ke ponsel selebritas itu.

CEO NTT Ltd Indonesia Hendra Lesmana sempat menyampaikan, kode OTP tak cukup untuk melindungi sistem. Ia menyarankan startup, terutama teknologi finansial (fintech) pembayaran untuk menerapkan keamanan berlapis berbasis biometrik.”Sidik jari atau retina mata itu cara yang aman,” katanya pada Januari lalu (31/1).

Hal senada disampaikan oleh SVP Strategic Partnerships DOKU Alison Jap. Namun, perusahaan harus mengajukan izin dan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk dapat mengakses data biometrik.

“Datanya sudah ada, tetapi akses ke Dukcapil yang tidak mudah. Apalagi kalau startup-nya skala kecil,” kata Alison, Januari lalu.

Sedangkan Adjunct Researcher Centre for Digital Society (CfDS) Tony Seno Hartono mengatakan, perusahaan digital perlu mengedukasi pengguna dan mitranya. "Misalnya, diberikan pengetahuan mengenali satu perintah yang tidak umum di platform dan membuat sandi yang sulit ditebak," katanya alam diskusi virtual #AmanBersamaGojek, akhir September lalu (30/9).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...