Persaingan Ketat Gojek dan Grab di Bisnis Iklan Digital

Desy Setyowati
18 November 2020, 17:47
Persaingan Ketat Gojek dan Grab di Bisnis Iklan Digital
Katadata
Ilustrasi

Meski begitu, Grab sudah membangun bisnis iklannya yakni GrabAds sejak Agustus 2018. Saat itu, Gojek juga meluncurkan layanan serupa yakni GoIce dan GoVend pada September 2018. Namun, kedua layanan itu tidak diteruskan pengembangannya. 

Sedangkan GrabAds terus berkembang. Decacorn Singapura ini menghadirkan tiga produk utama. Pertama, mobile billbaord yang konsepnya mirip dengan iklan pada kendaraan baik mobil maupun motor.

Layanan iklan GrabAds
Layanan iklan GrabAds (Grab)

Kedua, in-car engagement berbentuk konten digital dan non-digital di armada GrabCar. Terakhir, in-app engagement yang tampil di widget interaktif seperti gim, kuis, konten digital lainnya di aplikasi Grab.

Layanan iklan GrabAds
Layanan iklan GrabAds (Grab)

Pada Oktober lalu, perusahaan meluncurkan fitur GrabAds Ad Manager untuk memudahkan mitra mengelola iklan di aplikasi. Grab juga sempat memberikan layanan iklan gratis bagi ribuan mitra UMKM selama Juli-September.

Iklan tersebut diklaim menjangkau lebih dari 15 juta masyarakat Indonesia, sehingga mendongkrak pendapatan mitra hingga 20%.

Berdasarkan perhitungan back-of-the-envelope Tech In Asia, Grab berpotensi meraup lebih dari US$ 245 juta atau Rp 3,45 triliun dari bisnis iklan selama setahun. Porsinya sekitar 10% dari perkiraan pendapatan Grab tahun lalu US$ 2,3 miliar.

Dengan asumsi pertumbuhan bisnis iklan sama dengan pesan-antar makanan GrabFood, maka pendapatan GrabAds diperkirakan US$ 700 juta lebih pada 2025.

Proyeksi tersebut dengan perhitungan Grab menyelesaikan hampir 928 juta perjalanan melalui GrabCar dan GrabBike pada paruh pertama 2019, berdasarkan data ABI Research. Dalam setahun, diperkirakan ada 1,86 miliar order layanan transportasi.

Lalu, CNBC Internasional mencatat, ada 300 ribu pesanan GrabFood per hari di Vietnam dan 4 juta pesanan selama Januari dan April 2019 di Thailand. Untuk di kedua negara ini saja, jumlahnya diprediksi 121 juta per tahun.

Jika diakumulasi, setidaknya ada 1,98 miliar sesi yang berpotensi untuk penayangan iklan.

Tren Iklan Digital saat Pandemi Corona

Nielsen mencatat, penayangan iklan digital di perangkat seluler secara global naik 32% yoy pada kuartal I. Begitu juga di platform over the top (OTT) seperti Facebook, Google, Netflix, dan lainnya meningkat 182%.

Media iklanPenayanganYoy %
Ponsel87,4 juta32%
OTT465,2 juta182%
Komputer158,1 juta-9%

Sumber: Nielsen Digital Ads Ratings

Di satu sisi, biaya iklan per 1.000 penayangan atau cost per mile (CPM) turun drastis. Ini dinilai menjadi peluang bagi banyak pengiklan kecil hingga menengah untuk membeli tayangan dengan harga lebih rendah.

“Dengan tarif CPM yang lebih murah, sekarang waktunya bagi pemasar untuk mempertimbangkan kembali alokasi dana untuk format iklan yang belum dicoba,” demikian dikutip dari situs resmi Nielsen, Mei lalu (28/5).

Berdasarkan data Billboard Insider, penggunaan iklan luar ruang secara digital terus tumbuh. Pada 2019, penggunaannya mencapai 31% dari total iklan luar ruang global. Mayoritas atau 69% merupakan iklan luar ruang statis.

Pada tahun ini, porsi penggunaan iklan luar ruang secara digital diprediksi naik menjadi 34%. Lalu diproyeksikan tumbuh lagi menjadi 43% pada 2023.

Berdasarkan riset SurveySensum Covid-19 Industry Sentiment Tracker, pelaku usaha mulai beralih memasarkan produk melalui media digital seperti e-commerce, media sosial, dan layanan pesan instan. Ini berdasarkan survei terhadap 109 responden yang merupakan perusahaan, selama 27 Maret hingga 6 April.

Sebanyak 59% responden mengoptimalkan penjualan di e-commerce. Lalu, 51% responden menaikkan anggaran promosi di media digital. Selain itu, 28% mengubah rantai pasok agar dapat menjangkau konsumen secara langsung.

Data Dentsu Aegis pun menunjukkan, persepsi Gen-Z terhadap brand meningkat hingga 42% ketika menggunakan Instagram untuk membangun engagement dengan konsumen.

Raksasa teknologi global, Facebook pun menyadar bahwa iklan digital mulai menjadi tren saat pandemi virus corona. Oleh karena itu, perusahaan mengkaji potensi pendapatan dari bisnis lain, karena periklanan digital menjadi semakin ketat.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...