Cerita Lima Startup Bangun Bisnis Berdampak Sosial di Indonesia

Fahmi Ahmad Burhan
23 Maret 2022, 14:34
startup, dampak sosial, ramah lingkungan, gojek, grab, motor listrik, mobil listrik
Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.

Namun, ia tidak memerinci anggaran yang digelontorkan untuk beralih ke bisnis ramah lingkungan. "Lumayan besar," kata Chrisanti saat wawancara terbatas dengan media di Lippo Mall Puri, Jakarta, pada Januari (13/1).

Ada juga Jejak.in yang menyediakan solusi berbasis kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Mereka berfokus membantu bisnis melakukan perimbangan karbon (carbon offset).

Jejak.in juga mengikuti program akselerasi Gojek Xcelerate. Founder sekaligus CEO Jejak.in Arfan Arlanda mengatakan, perusahaan menggaet pabrik skala besar dan kecil untuk mengurangi emisi karbon.

Salah satu produk yang dibuat Jejak.in yakni Tree and Carbon Storage Monitoring Platform, yang dapat mengumpulkan dan menganalisis data ekologis lingkungan. "Kami berharap masyarakat berpartisipasi aktif ikuti pengurangan jejak karbon," ujar Arfan, dua tahun lalu (14/9/2020).

Berdasarkan laporan berjudul ‘Southeast Asia's Green Economy: Opportunities on the Road to Net Zero’, Asia Tenggara membutuhkan investasi US$ 2 triliun hingga 2030 untuk mengurangi emisi.

Dana tersebut akan dialokasikan untuk sejumlah upaya, seperti mempercepat peralihan ke energi hijau, membuat sektor pertanian pangan menjadi lebih efisien, mengurangi polusi hingga cara yang tidak merusak lingkungan.

Dengan investasi tersebut, Bain & Company, Microsoft dan Temasek Holdings Singapura memperkirakan, 90% emisi di Asia Tenggara berkurang. Upaya transformasi bisnis menuju ekonomi ramah lingkungan di kawasan juga akan menawarkan keuntungan US$ 1 triliun per tahun pada 2030.

Namun Founder UMG IdeaLab Kiwi Aliwarga menilai, startup yang merambah bisnis ekonomi hijau akan menghadapi dua tantangan, sebagai berikut:

1. Keinginan pemerintah

"Indonesia saat ini masih mengandalkan batu bara. Ini jadi dilema," kata Kiwi saat konferensi pers virtual, akhir tahun lalu (7/10/2021).

Menurutnya, energi batu bara masih memberi nilai ekonomi yang besar bagi Indonesia. "Apabila mau berganti ke ekonomi hijau, butuh investasi yang tidak sedikit," katanya.

Meski begitu, menurutnya pemerintah perlu memiliki target jelas dalam pengembangan ekonomi hijau. "Pada 2030 zero carbon. Harus ada target seperti itu," ujarnya.

Pemerintah sendiri menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 29% dengan usaha sendiri dan 41% lewat dukungan internasional pada 2030. Untuk mencapai target ini, butuh dana Rp 266,2 triliun.

2. Talenta digital

Kiwi menyampaikan, startup Indonesia saat ini menghadapi minimnya talenta digital. Hal ini membuat perusahaan rintisan kesulitan mengembangkan berbagai teknologi yang menunjang untuk beralih ke ekonomi hijau.

Riset McKinsey dan Bank Dunia menunjukkan, Indonesia membutuhkan sembilan juta tenaga digital hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600 ribu pekerja digital per tahunnya.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...