Tiga Sumber Emisi Terbesar Kelapa Sawit, Salah Satunya Pembukaan Lahan
Sektor kehutanan sebagai korban dari deforestasi dan degradasi menyumbang emisi karbon dioksida sebesar 26,8 Mt dari 2013-2018 akibat hilangnya tutupan pohon di Indonesia.
Sedangkan 1,04 Gt lainnya paling banyak disebabkan oleh sektor perkebunan. Dalam hal ini, sawit dan aktivitas dalam konsesi HPH-HTI menjadi penyebab langsung deforestasi.
Sektor Kehutanan Sumbang Emisi GRK Terbanyak
Indonesia menghasilkan emisi gas rumah kaca sebanyak 1.866.552 gigagram karbon dioksida ekuivalen (Gg CO2e) pada tahun 2019. Data ini tercatat dalam Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV) yang diliris dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021.
Pada 2019, emisi gas rumah kaca nasional paling banyak berasal dari sektor pemanfaatan hutan dan lahan lainnya (forestry and other land use/FOLU) serta kebakaran gambut, yakni 924.853 Gg CO2e.
Emisi terbesar berikutnya berasal dari sektor energi yakni sebanyak 638.808 Gg CO2e. Ada pula emisi dari limbah, pertanian, serta proses industri dan konsumsi produk (industrial process and product use/IPPU).
Secara kumulatif, emisi gas rumah kaca nasional pada tahun 2019 sudah jauh meningkat dibanding tahun 2010, yang ketika itu jumlahnya hanya 809.982 Gg CO2e.
Melihat kondisi ini, Indonesia tampaknya masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi target Nationally Determined Contribution (NDC), yakni komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca yang ditetapkan melalui Perjanjian Paris.
Mengacu pada NDC tersebut, Indonesia ditargetkan mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% di bawah skenario business as usual pada 2030 dengan usaha sendiri, atau mengurangi emisi sampai 41% apabila mendapat dukungan internasional.