Cina, India, Amerika Absen dari Komitmen COP26 Setop Bangun PLTU Baru
Emisi karbon atau gas rumah kaca dari pembakaran batu bara merupakan kontributor terbesar perubahan iklim. Menghentikan penggunaan komoditas berjuluk emas ini dianggap penting untuk mencapai target iklim global.
Transisi yang Tidak Merata
Beberapa ahli mengatakan kesepakatan itu merupakan langkah maju yang datang bersamaan dengan pengumuman oleh Powering Past Coal Alliance yang mengatakan telah mendapatkan 28 anggota baru yang sepakat untuk menghentikan konsumsi batu bara.
Wakil direktur untuk program lingkungan dan masyarakat di lembaga think-tank Chatham House London, Antony Froggatt, mengatakan komitmen yang diumumkan di COP26 tersebut menjadi perhatian karena absennya sejumlah negara yang bergantung pada batu bara.
Namun juga sebagai kemajuan karena semakin banyak negara yang berkomitmen untuk keluar dari batu bara. "Ini menyoroti betapa tidak meratanya transisi menuju energi yang lebih bersih di seluruh dunia," katanya.
Komitmen tersebut tidak mengikat, dan beberapa negara yang menandatangani komitmen tersebut, seperti Indonesia, mengatakan bahwa mereka tidak akan dapat menghentikan penggunaan batubara secara bertahap tanpa bantuan keuangan dari negara lain.
“Kami membutuhkan dana untuk menghentikan penggunaan batu bara lebih awal dan untuk membangun kapasitas baru energi terbarukan (EBT)," kata Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani, Rabu (3/11).
KTT COP26 sejauh ini telah memberikan dana sekitar US$ 20 miliar (Rp 287 triliun) untuk membantu sejumlah negara menghapus batu bara dari bauran energinya. Namun kesepakatan ini tetapi tidak mencakup tentang penggunaannya batu bara untuk industri manufaktur.
Inggris, misalnya, telah menghapuskan sebagian besar konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik, namun masih berencana untuk membuka tambang batu bara baru di Cumbria, Inggris barat laut, yang dimaksudkan sebagai bahan bakar untuk produksi baja.
Inggris mengatakan pihaknya berharap kesepakatan batu bara, dengan penandatangan awalnya, akan mendorong negara lain seperti Cina dan India untuk bergabung.