DEN Unggulkan PLTS untuk Transisi Energi Dibadingkan PLTN

Muhamad Fajar Riyandanu
12 Maret 2022, 06:00
pltn, nuklir, pembangkit listrik, plts, transisi energi
ANTARA FOTO/REUTERS/Pascal Rossignol/WSJ/sad.
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Selain mahal, keberadaan PLTN di Indonesia dirasa akan menimbulkan masalah baru. Pasalnya, lokasi pemukiman warga harus berada di dalam radius minimal 16 kilometer dari lokasi PLTN.

Jika PLTN didirikan di pinggir laut, maka 40.000 m2 lahan di sekitar PLTN dilarang untuk menjadi lokasi tempat tinggal dan lokasi usaha maupun pertanian atau perikanan. Sehingga, keberadaan PLTN skala besar di Indonesia akan memberikan rasa tidak aman ke masyarakat dan menambah beban ekonomi kepada pemerintah.

“Punya nuklir di negara yang mayoritas muslim dan pernah terlibat dalam aksi terorisme itu salah satu aspek untuk menambah anggaran di sektor nuclear security, karena beberapa studi menunjukkan bahwa salah satu sasaran terorisme adalah PLTN,” kata dia.

Oleh karena itu, transisi energi di industri dan rumah tangga dari penggunaan bahan bakar fosil akan lebih banyak memanfaatkan sumber tenaga matahari atau energi surya.

Menurut dia, permukaan bumi Indonesia seluas 2 juta hektar mampu menghasilkan 3.000 gigawatt (GW) energi solar yang setara dengan energi 4.500 Terra Watt jam (TWh). Ini jauh lebih tinggi dari optimalisasi tenaga panas bumi, air, dan angin yang hanya menghasilkan 700 TWh.

“Energi terbarukan di Indonesia dapat dipenuhi dengan bertumpu pada energi surya. Tantangannya adalah teknologi untuk bisa menyambungkannya ke power system (sistem kelistrikan) dan biaya storage baterai,” kata Herman.

Jika semua hal tersebut dapat dipenuhi, maka energi surya akan semakin kompetitif dan semakin murah daripada energi konvensional dan PLTN.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...