Energi Angin, Surya, dan Baterai Tumbuh Pesat di 2023

Hari Widowati
29 Desember 2023, 06:10
Ilustrasi energi terbarukan.
ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Sebuah kendaraan alat berat beroperasi di area pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Selasa (28/11).

Tantangan jangka pendek seperti inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan peningkatan biaya bahan bangunan memaksa beberapa pengembang angin laut untuk menegosiasikan ulang atau bahkan membatalkan kontrak proyek. Beberapa pengembang angin darat (onshore wind) menunda proyek hingga tahun 2024 atau 2025.

Hambatan ekonomi datang pada saat yang sulit bagi industri angin lepas pantai (offshore wind) AS yang baru lahir. Dua proyek ladang angin lepas pantai dengan skala komersial pertama di AS memulai konstruksinya pada tahun ini.

Keduanya ditargetkan akan dibuka pada awal tahun 2024 dan salah satu lokasi sudah mulai mengalirkan listrik ke jaringan listrik AS. Ladang angin lepas pantai yang besar telah menghasilkan listrik selama tiga dekade di Eropa, dan baru-baru ini di Asia.

Setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan yang luar biasa, kelompok industri American Clean Power memperkirakan bahwa jumlah pembangkit listrik tenaga angin di AS akan berkurang pada akhir tahun ini. Listrik dari PLTB ini cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi 2,7 juta hingga 3 juta rumah.

Kelompok ini mengatakan bahwa para pengembang mengambil keuntungan dari kredit pajak baru yang disahkan tahun lalu dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA). Akan tetapi, perlu waktu bertahun-tahun untuk merealisasikan proyek-proyek tersebut. Sejak IRA disahkan, investasi untuk energi bersih di AS mencapai US$383 miliar.

Secara global, pembangunan PLTB juga lebih lambat tahun ini. Tiga pasar teratas tahun ini adalah Cina, AS, dan Jerman untuk energi angin yang diproduksi di darat. Adapun untuk pasar energi angin lepas pantai dikuasai Cina, Inggris, dan Jerman. Para analis memperkirakan bahwa industri global akan pulih tahun depan dan menyediakan hampir 12% lebih banyak energi angin di seluruh dunia.

Tahun Keemasan untuk Baterai Kendaraan Listrik

IEA menyatakan tren kendaraan listrik meningkat secara global pada 2023. Satu dari lima mobil yang terjual tahun ini adalah mobil listrik. Hal ini berarti bahwa tahun ini juga akan menjadi tahun yang baik untuk baterai kendaraan listrik.

Atlas Public Policy mencatat lebih dari US$43,4 miliar telah dihabiskan untuk pembuatan baterai dan daur ulang baterai di AS tahun ini, sebagian besar berkat Undang-Undang Pengurangan Inflasi. Hal ini menempatkan AS pada posisi yang lebih sejajar dengan Eropa, tetapi masih tertinggal dari Cina.

Benchmark Mineral Intelligence mengatakan AS dan Eropa masing-masing memiliki 38 pabrik baterai besar (gigafactory) yang sedang dibangun pada akhir November. Namun, Tiongkok memiliki 295 gigafactory yang sedang dibangun.

Industri ini terus mengeksplorasi berbagai cara untuk membuat baterai tanpa terlalu bergantung pada bahan berbahaya. Para ahli juga menyebut industri daur ulang baterai mengalami kemajuan. "Biaya bahan baku utama baterai, termasuk litium, juga turun secara signifikan," kata Analis Senior Benchmark Evan Hartley.

Paul Braun, Profesor Ilmu dan Teknik Material dari University of Illinois mengatakan biaya pembuatan baterai saat ini sudah turun sehingga memungkinkan sebagian besar orang Amerika mampu membeli kendaraan listrik.

Tahun 2023 bukanlah perjalanan yang mudah. Industri AS, khususnya, menghadapi beberapa kendala, seperti tantangan energi, kurangnya talenta sumber daya manusia, serta pelanggaran kesehatan dan keselamatan di pabrik baterai kendaraan listrik.

Meski begitu, para ahli optimis bahwa pertumbuhan baterai di seluruh dunia akan terus berlanjut. "Kisah baterai di AS dalam skala kecil adalah kisah baterai secara global pada 2023," ujar Daan Walter, Kepala Tim Strategi di Rocky Mountain Institute, sebuah kelompok penelitian keberlanjutan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...