Sudah Gagal di AS, Bisakah Teknologi CCUS Diterapkan di Indonesia?

Muhamad Fajar Riyandanu
26 April 2022, 14:26
penangkapan karbon, ccus,
Leonid Sorokin/123RF
Ilustrasi emisi karbon.

Dengan biaya yang tinggi, ujar Putra, proyeksi perkembangan CCUS akan berbeda dengan teknologi energi terbarukan lain yang dapat diproduksi dalam unit dan biaya yang lebih kecil.

"Mengembangkan dan memperbaiki secara bertahap turbin angin senilai US$ 3 hingga US$4 juta sangat mungkin akan lebih mudah dibandingkan proyek uji coba CCUS yang berbiaya ratusan juta dolar," ucapnya.

Putra menyarankan agar pemerintah berhati-hati menaksir biaya keseluruhan CCUS karena teknologi ini mengkonsumsi energi dalam jumlah signifikan. Penggunaan CCUS di pembangkit listrik akan dapat menurunkan kapasitas pembangkitan listrik, bahkan lebih dari 20-30%.

Selain itu, penggunaan CCUS dapat meningkatan biaya listrik 6-9 sen/kWh bahkan lebih. “Meski saat ini harga baterai penyimpanan energi masih berkompetisi ketat, namun proyeksi penurunan harga di energi terbarukan dan penyimpanan listrik tampak lebih menjanjikan dibandingkan CCUS,” sambung Putra.

Menurut Putra, dengan sumber pendanaan publik yang terbatas, pada akhirnya CCUS adalah perkara prioritas, mengingat tantangan mengenai biaya yang dihadapi.

"CCUS seharusnya tidak mengalihkan kita dari implementasi opsi lain yang lebih murah dan terbukti mengurangi emisi karbon, yaitu energi terbarukan dan integrasi jaringan listrik, yang harus tetap menjadi pusat perhatian menuju dekarbonisasi,” paparnya.

Koordinator Perlindungan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Bayu Nugroho, menyebut tekonoloig CCUS sudah dikaitkan dalam peta jalan Net Zero Emission (NZE) yang sedang disusun. “Tahap kajian mengenai beberapa aspek teknis dan keekonomian CCUS,” ujar Bayu.

Ia menambahkan pada rumusan peta jalan pada tahun 2030 sampai 2045, CCUS dan proyek hilirisasi dinilai menjadi penting, terutama Dimethyl Ether (DME) yang menjadi alternatif untuk dekarbonisasi di masa depan.

“Saya kira konteksnya memang penurunan emisi dan juga pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) ini agar harganya di kita itu bisa lebih terjangkau. Karena harganya masih mahal di masyarakat,” tukasnya

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...