Sejarah Credit Suisse, Bank Investasi yang Terancam Bangkrut

Image title
16 Maret 2023, 13:02
Credit Suisse
Freepik
Ilustrasi, kantor pusat Credit Suisse.

1. Perbankan

Divisi bank Credit Suisse menawarkan saran yang komprehensif dan berbagai solusi keuangan untuk klien swasta, perusahaan dan institusi, yang utamanya berdomisili di Swiss.

Divisi ini menyediakan layanan pembiayaan konsumen melalui anak perusahaannya, BANK-​now dan merek kartu kredit terkemuka melalui investasinya di Swisscard AECS GmbH. Lalu, bisnis klien korporat dan institusi melayani klien korporat besar, usaha kecil dan menengah (UKM), klien institusi, lembaga keuangan, dan pedagang komoditas.

2. Bank Investasi

Bank Investasi menawarkan berbagai produk dan layanan keuangan yang berfokus pada bisnis yang digerakkan oleh klien. Rangkaian produk dan layanannya mencakup penjualan sekuritas global, perdagangan dan eksekusi, peningkatan modal, dan layanan konsultasi.

Klien divisi ini meliputi lembaga keuangan, perusahaan, pemerintah, negara, investor dengan kekayaan sangat tinggi dan lembaga, seperti dana pensiun dan dana lindung nilai, sponsor keuangan, dan individu swasta di seluruh dunia.

3. Wealth Management

Divisi wealth management menawarkan solusi manajemen kekayaan dan investasi yang komprehensif serta layanan pembiayaan dan konsultasi yang disesuaikan untuk individu ultra-high-net-worth (UHNW), dan high-net-worth (HNW), serta manajer aset eksternal. Divisi ini melayani klien dengan area cakupan Swiss, Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Asia Pasifik dan Amerika Latin.

4. Manajemen Aset

Bisnis manajemen aset sebelumnya merupakan bagian dari wealth management, sebelum kemudian dipisah. Divisi ini menawarkan solusi dan layanan investasi secara global kepada berbagai klien, termasuk dana pensiun, pemerintah, yayasan, sovereign fund, perusahaan dan individu.

CREDIT SUISSE GP-LEAK
CREDIT SUISSE GP-LEAK (ANTARA FOTO/REUTERS/Arnd Wiegmann/WSJ/dj)

Ancaman Kebangkrutan Credit Suisse

Permasalahan di tubuh Credit Suisse telah mencuat sejak kuartal III-2022, di mana harga sahamnya mengalami penurunan tajam hingga 60% sejak awal tahun. Kejatuhan harga saham ini merupakan imbas dari laporan Financial Times, yang menyebutan para eksekutif Credit Suisse tengah meyakinkan para investor utamanya di tengah meningkatnya kekhawatiran kondisi keuangan perusahaan.

Situasi ini tak pelak memunculkan kekhawatiran, di tengah meningkatnya risiko resesi ekonomi global, Credit Suisse bisa bernasib seperti Lehman Brothers, salah satu bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat yang jatuh pailit dihantam krisis pada 2008 silam dengan utang senilai US$ 613 miliar.

Kekhawatiran terhadap kondisi Credit Suisse terjadi karena spread credit default swap naik tajam ke level 250. Ini sebenanrya bukan level yang tidak biasa bagi sebuah perusahaan, tetapi tinggi untuk bank besar, dan level terburuk Credit Suisse sejak 2009.

Kekhawatiran investor terhadap kinerja dan kondisi keuangan Credit Suisse sedikit banyak terbukti, di mana pada 9 Februari 2023, bank melaporkan kerugian tahunan sebesar CHF 7,3 miliar atau setara dengan US$ 7,84 miliar. Ini merupakan kerugian terbesar sejak krisis keuangan global 2008.

Pada tanggal 14 Maret di tahun yang sama, Credit Suisse menerbitkan laporan tahunannya untuk tahun 2022 dengan menyatakan telah mengidentifikasi "kelemahan material" dalam kontrol atas pelaporan keuangan.

Kemudian, pada 15 Maret, harga sahamnya turun hampir 25%. Katalis langsung untuk penurunan harga saham bank ini adalah komentar Ammar Al-Khudairy, Chairman Bank Nasional Saudi, pemegang saham terbesar Credit Suisse.

Dalam sebuah wawancara televisi, Al-Khudairy mengatakan perusahaannya tidak akan memasukkan lebih banyak uang ke Credit Suisse. Ia kemudian mengklarifikasi bahwa kepemilikan Bank Nasional Saudi dalam Credit Suisse tidak akan melampaui 9,9%.

Tidak seperti Silicon Valley Bank, Credit Suisse dianggap sebagai lembaga keuangan global yang penting secara sistemik, dengan aset mencapai US$ 569 miliar pada akhir 2022 dan persyaratan modal yang jauh lebih ketat.

Selain itu, tidak ada tanda-tanda lubang menganga di neraca bank, dan ada puluhan miliar dolar AS uang tunai yang disimpan beberapa bank sentral di seluruh dunia yang dapat dimanfaatkan.

Dilansir dari New York Times, Credit Suisse telah terpukul oleh kesalahan dan kontroversi yang dilakukannya selama bertahun-tahun. Ini termasuk kerugian perdagangan yang sangat besar terkait dengan perusahaan investasi Archegos dan Greensill Capital.

Kredibilitas Credit Suisse juga dipertanyakan, setelah muncul serangkaian skandal, termasuk keterlibatan dalam pencucian uang dan memata-matai mantan karyawan.

Credit Suisse juga kehilangan sekitar US$ 147 miliar simpanan pelanggan dalam tiga bulan terakhir tahun lalu. Ini membuat investor mempertanyakan kesehatan keuangannya.

Perusahaan wealth management asal AS, Macroaxis, memperkirakan Credit Suisse Group memiliki probabilitas kebangkrutan sebesar 52%. Ini 4,15% lebih tinggi dari sektor pasar modal dan jauh lebih tinggi dari industri keuangan. Sebagai perbandingan, probabilitas kebangkrutan untuk semua saham AS adalah 30,55%.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...