Garuda Cari Dana Rp 12,6 T untuk Bayar Utang, Berikut Tiga Opsinya
(Baca: Catatan Hitam Garuda sebelum Kasus Penyelundupan Harley dan Brompton)
Opsi pendanaan yang terakhir yaitu pendanaan dengan skema peer to peer lending (P2P Lending) dengan jumlah sebanyak-banyaknya sebesar US$ 500 juta. Tingkat bunga untuk pendanaan ini pun sedang dalam proses negosiasi, namun rencananya bunga akan dibayarkan setiap tiga bulan. Sedangkan pokok akan dibayarkan sekaligus pada tanggal jatuh tempo paling lambat pada 2024.
Adapun pendanaan dari penebitan obligasi melalui mekanisme private lacement, serta P2P Lending juga untuk membayar sebagian utang keuangan yang jatuh tempo dalam satu tahun.
(Baca: Bursa Calon Dirut Garuda, dari Susi Pudjiastuti hingga Ignasius Jonan)
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada 2018 lalu, utang Garuda yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar US$ 1,63 miliar atau sekitar Rp 22,94 triliun dengan kurs saat ini. Sedangkan utang keuangan yang jatuh tempo di atas satu tahun sebesar US$ 77 juta, atau Rp 1,08 triliun dengan kurs saat ini.
"(Dengan pembiayaan kembali utang) sehingga proporsi utang keuangan yang jatuh tempo di atas satu tahun tidak akan lebih kecil dibandingkan dengan proporsi utang keuangan yang jatuh tempo dalam satu tahun," tulis keterbukaan informasi tersebut.