PLN Bisa Cetak Laba Bersih Rp 11,6 T pada 2018 karena Dana Subsidi

Image title
29 Mei 2019, 23:20
laba bersih pln, penjualan listrik, pln
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, logi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Meski begitu, beban usaha perusahaan tahun lalu malah meningkat Rp 32,7 triliun atau meningkat 11,88% dibandingkan 2017. Tercatat, jumlah beban usaha mereka pada 2017 sebesar Rp 275,4 triliun, sedangkan pada 2018 beban usaha mereka mencapai Rp 308,1 triliun. Beban tersebut disumbang oleh meningkatnya beban usaha dari bahan bakar dan pelumas sebesar 17,37% menjadi Rp 137,2 triliun dari Rp 116,9 triliun.

Dengan beban yang meningkat tersebut, sebenarnya membuat PLN mengalami rugi usaha sebesar Rp 35,2 triliun, padahal pada 2017 rugi usaha mereka hanya Rp 20,1 triliun. Namun, catatan tersebut belum ditambahkan dengan subsidi dari pemerintah kepada PLN.

(Baca: Djoko Abumanan, Pejabat Karier PLN yang Mengisi Kursi Sofyan Basir)

Subsidi listrik dari pemerintah tahun lalu, tercatat naik 5,17% dibandingkan 2017. Pemerintah memberikan subsidi tahun lalu senilai Rp 48,1 triliun, sedangkan tahun 2017 pemerintah memberikan subsidi listrik sebesar Rp 45,7 triliun. Selain itu, pemerintah memberikan subsidi untuk pendapatan kompensasi senilai Rp 23,1 triliun, sedangkan 2017 pemerintah tidak memberikan pendapatan kompensasi tersebut.

Dalam laporan keuangan PLN 2018 yang diunggah ke situs Bursa Efek Indonesia (BEI), dijelaskan bahwa Pendapatan Kompensasi merupakan pendapatan dari pemerintah atas penggantian Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik beberapa golongan pelanggan, yang tarif penjualan tenaga listriknya lebih rendah dibandingkan BPP. Namun, pendapatan kompensasi yang belum diperhitungkan dalam subsidi, diakui sebagai pendapatan atas dasar akrual.

Dengan subsidi dari pemerintah tersebut, membuat PLN mengantongi laba usaha senilai Rp 35,98 triliun. Catatan tersebut, naik hingga 40,79% dibandingkan laba usaha PLN pada 2017 yang hanya senilai Rp 25,5 triliun. Dengan catatan tersebut, laba bersih PLN pada 2018 tercatat senilai Rp 11,56 triliun atau naik hingga 162,3% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 4,41 triliun.

Menurut Sarwono, peningkatan kinerja keuangan perusahaan, ditopang dari pertumbuhan penjualan, efisiensi operasi, serta dukungan Pemerintah melalui domestik market obligation (DMO) Batubara baik dari sisi harga maupun volume. Di samping itu, membaiknya kinerja perusahaan juga dikarenakan penguatan kurs mata uang rupiah pada akhir tahun dan penurunan harga ICP dibanding dengan triwulan ketiga 2018.

(Baca: Berkat Optimalisasi Pembangkit, PLN Berhasil Tekan Konsumsi LNG)

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...