Harga Saham Sektor Energi Diprediksi Terus Membara hingga Akhir 2021

Intan Nirmala Sari
15 Oktober 2021, 21:24
Saham, batu bara, energi, saham PTBA, saham ADRO, Saham INDY, saham DOID, saham ITMG
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). Kementerian ESDM menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) Juli 2020 sebesar US$52,16 per ton turun sebesar US$0,82 per ton atau 1,54 persen dibandingkan Juni 2020 sebesar US$52,98 per ton, penurunan tersebut disebabkan minimnya permintaan ekspor batu bara untuk pasar global khusunya China dan India.

“Ada potensi tekanan harga komoditas menekan minat pasar terhadap emiten pertambangan,” kata pria yang akrab disapa Didit kepada Katadata.co.id, Jumat (15/10).

Untuk jangka pendek, Didit menilai beberapa saham sektor komoditas masih menarik untuk dilirik hingga akhir Oktober 2021. Beberapa saham tersebut seperti PT Delta Dunia Makmur Tbk atau saham DOID dengan target harga Rp 400 per saham dan saham PTBA dengan target harga Rp 3.100 per saham.

Pada perdagangan Jumat (15/10), saham DOID ditutup menguat 1,21% ke level Rp 334 per saham, sedangkan untuk saham PTBA naik 0,35% di level Rp 2.830 per saham.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor produk pertambangan dan lainnya pada September 2021 mencapai US$ 3,77 miliar. Capaian itu melesat 183,59% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ekspor batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi mencapai 70,33% dan kenaikan hingga 168,89%.  "Ekspor batu bara dibandingkan bulan sebelumnya naik 9%, tujuan terbesarnya ke Tiongkok dan India," ujar Ketua BPS Margo Yuwono dalam Konferensi Pers, Jumat (15/10).

Kenaikan ekspor bukan hanya terjadi pada batu bara. Permintaan ekspor terhadap lignit atau batu bara cokelat juga melesat mencapai 904,91% dibandingkan September 2021. Ekspor lignit menyumbang 11% total ekspor pertambangan dan lainnya. Lignit adalah jenis batu bara tingkat terendah yang dikenal sebagai batu bara cokelat.

Lonjakan ekspor batu bara dan lignit tak terlepas dari krisis energi yang tengah terjadi di berbagai belahan dunia. Mengutip Reuters, krisis energi yang semakin parah terjadi di Cina, karena faktor cuaca dingin yang membuat Negeri Panda harus memasok lebih banyak persediaan batu bara.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...